Rekam Jejak Digital di Ranah Pendidikan, Terbanyak di Media Sosial
Rekam jejak digital di ranah pendidikan paling banyak dijumpai pada media sosial. Hampir semua orang kini memiliki akun media sosial sebagai sarana komunikasi. Berbasis internet, media sosial memungkinkan orang berinteraksi satu sama lain dengan berbagi dan mengonsumsi informasi.
"Salah satu karakter media sosial yaitu adanya fitur bagi pengguna untuk membuat konten dan menyebarkannya,” tutur Sekretaris Dinas Pendidikan Kabupaten Gresik Herawan Eka Kusuma dalam webinar literasi digital untuk segmen pendidikan yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur, di Kabupaten Gresik, Kamis (13/6).
Eka mengatakan, di samping fitur, media sosial juga memiliki karakteristik halaman profil pengguna, bersifat terbuka, memungkinkan interaksi dengan pengguna lain, serta tanda waktu untuk setiap postingan. "Postingan dan interaksi di media sosial akan meninggalkan jejak digital,” sebut Herawan Eka Kusuma dalam diskusi yang dipandu moderator Fernand Tampubolon.
Dalam diskusi virtual bertajuk "Rekam Jejak Digital di Ranah Pendidikan” itu, Eka meminta para siswa untuk menjunjung tinggi etika saat berinternet dan bermedia sosial. Para siswa sebaiknya juga menjauhi penggunaan internet secara negatif, seperti perjudian, perundungan siber, dan ujaran kebencian.
”Ingat, setiap aktivitas di internet akan meninggalkan rekam jejak digital yang sulit untuk dihapus. Apalagi, jejak digital setiap saat bisa dimunculkan kembali untuk berbagai kepentingan oleh siapa pun,” tegas Herawan Eka Kusuma.
Eka menambahkan, untuk membuat rekam jejak digital selalu positif, warganet sebaiknya melakukan tindakan etis terkait konten negatif. "Lakukan analisis dan verifikasi konten negatif, serta jangan menyebarkan konten negatif. Produksi konten positif yang bermanfaat,” pungkas Eka di depan para pendidik dan siswa sekolah menengah yang mengikuti diskusi online dengan menggelar nonton bareng (nobar) dari sekolah masing-masing.
Baca Juga: Selalu Berbuat Baik di Dunia Digital untuk Merepresentasikan Budaya Indonesia
Sejumlah sekolah menengah di Kabupaten Gresik yang mengikuti kegiatan nobar di ruang kelas, di antaranya: UPT SMPN 9, UPT SMPN 18, UPT SMPN 34 Gresik, SMP AL Furqon, dan SMP Muhammadiyah 12 GKB Gresik.
Dari perspektif berbeda, dosen Kewirausahaan Universitas Maarif Kasyim Latif Sidoarjo M. Adhi Prasnowo menekankan pentingnya penggunaan bahasa yang baik dan benar di dunia digital. Selain itu, berkomunikasi dengan sopan dan menghormati orang lain akan meninggalkan jejak digital yang baik.
"Cara bermedia sosial yang baik: verifikasi informasi sebelum menyebarkan, tidak menyebarkan konten berbahaya dan tidak pantas, jaga privasi data pribadi, hargai hak cipta orang lain, berpikir sebelum posting, tidak menyebar kebencian dan permusuhan, serta tanggapi dengan empati dan pengertian,” sebut Adhi Prasnowo.
Sementara menurut musisi Man Osman, rekam jejak digital yang baik dapat membentuk reputasi dan kepercayaan. Sedangkan keamanan digital yang baik membantu mempertahankan reputasi baik dan kepercayaan dari orang lain.
"Dengan rekam jejak positif dan menjaga keamanan digital, individu akan memiliki reputasi baik, dan dapat melindungi diri mereka dari berbagai ancaman siber serta memastikan integritas serta kerahasiaan data mereka,” pungkas Man Osman.
Baca Juga: Transformasikan Budaya Lokal ke Digital untuk Dinikmati Banyak Orang
Untuk diketahui, webinar seperti digelar di Gresik ini merupakan bagian dari program Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) yang dihelat Kemkominfo. GNLD digelar sebagai salah satu upaya untuk mempercepat transformasi digital di sektor pendidikan hingga kelompok masyarakat menuju Indonesia yang #MakinCakapDigital.
Sampai dengan akhir 2023, program #literasidigitalkominfo mencatat sebanyak 24,6 juta orang telah mengikuti program peningkatan literasi digital yang dimulai sejak 2017. Kegiatan ini diharapkan mampu menaikkan tingkat literasi digital 50 juta masyarakat Indonesia hingga akhir 2024.
Kecakapan digital menjadi penting, karena – menurut hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) – pengguna internet di Indonesia pada 2024 telah mencapai 221,5 juta jiwa dari total populasi 278,7 juta jiwa penduduk Indonesia.
Survei APJII juga menyebut, tingkat penetrasi internet Indonesia pada 2024 menyentuh angka 79,5 persen. Ada peningkatan 1,4 persen dibandingkan dengan periode sebelumnya. Tercatat, pada 2018, penetrasi internet Indonesia berada di angka 64,8 persen. Kemudian naik secara berurutan menjadi 73,7 persen pada 2020, 77,01 persen pada 2022, dan 78,19 persen pada 2023.
Informasi lebih lanjut mengenai literasi digital dan info kegiatan yang terkait dapat diakses melalui website info.literasidigital.id, media sosial Instagram @literasidigitalkominfo, Facebook Page, dan Kanal YouTube Literasi Digital Kominfo.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Amry Nur Hidayat
Advertisement