Risma Ungkap Pembangunan SDM Jadi salah Satu Upaya untuk Tangani konflik Sosial
Menteri Sosial Tri Rismaharini membahas upaya penanganan kesejahteraan sosial dan konflik sosial dalam kegiatan Diskusi Pegawai Berlatar Belakang Antropologi dan Psikologi yang diadakan di Gedung Aneka Bhakti Cawang Kencana pada Kamis (4/7). Pada diskusi tersebut, Mensos mengungkapkan pentingnya membangun Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai salah satu upaya untuk menangani konflik sosial.
“Jika ingin membangun, maka kita harus membangun manusianya,” kata Mensos Risma pada Kamis (4/7/2024). Selain membangun SDM, Mensos Risma juga berpendapat asesmen juga dibutuhkan untuk penanganan konflik secara tepat agar menjadi suatu produk perubahan yang lebih baik.
Senada dengan hal itu, Ketua Himpunan Psikologi Indonesia Andik Matulessy menyampaikan, pembangunan SDM melalui pemberdayaan merupakan salah satu konsep dari pendekatan komunitas yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan sosial.
“Saya setuju dengan Bu Menteri tadi bahwa kalau kita intervensi ke sebuah tempat, jangan sampai mereka bergantung kepada kita. Kita menjadi fasilitator agar mereka mampu menyelesaikan permasalahan sendiri,” kata Andik.
Baca Juga: UKT Masih Tinggi, Padahal Jokowi Pernah Janjikan Pembangunan SDM
Di samping pembangunan SDM, dalam menyelesaikan konflik sosial ada beberapa hal yang harus dilakukan, antara lain asesmen dan intervensi.
Pemahaman akan sumber konflik sangat penting dan bisa dilakukan melalui berbagai cara seperti survey, Focus Group Discussion dan cara-cara lain. Oleh karenanya, asesmen yang benar dapat menentukan ketepatan intervensi yang akan diambil.
Akan tetapi, lanjut Andik dalam beberapa kasus, penyelesaian konflik tidak sesederhana mendata permasalahan dan memberikan intervensi saja. Dalam proses asesmen tersebut, ada banyak hal yang harus dipertimbangkan.
Baca Juga: Wujudkan Kepastian Hukum di Sektor Keuangan, IFG Dorong Peningkatan Literasi dan Kompetensi SDM
Lebih jauh, Andik Matulessy mengatakan dalam melaksanakan asesmen, kelebihan dan kekuatan pihak yang diintervensi pun harus dipertimbangkan. Intervensi yang dilaksanakan harus membawa perubahan, sekecil apa pun bagi pribadi maupun mayarakat yang diintervensi. Selanjutnya, baik asesmen dan intervensi tersebut merupakan upaya lebih lanjut untuk mencegah konflik yang sama terulang kembali.
“Prevention atau pencegahan juga menjadi hal yang penting karena tiap terjadi konflik, maka akan timbul dendam dan berkepanjangan. Karena itulah penanganan juga harus merupakan upaya agar konflik tidak terjadi lagi,” kata Andik.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Annisa Nurfitri
Advertisement