PT PLN (Persero) menargetkan penambahan energi akan ditopang dari energi baru terbarukan (EBT) 75% dan 25% dari sektor gas hingga tahun 2040. Sejauh ini, perseroan sepanjang tahun 2023 telah mengembangkan pembangkit EBT sebesar 8.786 Megawatt (MW). Jumlah tersebut terdiri dari pembangkit berbasis hidro (PLTA/PLTMH) sebesar 5.777 MW, pembangkit berbasis panas bumi (PLTP) sebesar 2.519 MW, dan sisanya berasal dari surya (PLTS), angin (PLTB) dan biomassa.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN sebagai perusahaan yang memegang leadership transisi energi di Indonesia berkomitmen penuh mendukung langkah Pemerintah untuk mengakselerasi transisi energi di tanah air.
Baca Juga: PLN Kuatkan Sinergi Global untuk Kebut Transisi Energi di Green Energy Buyers Dialogue
Terbaru, PLN bersama Pemerintah secara kontinyu berupaya meningkatkan bauran energi bersih melalui Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) dan Rencana Usaha Penambahan Tenaga Listrik (RUPTL). Targetnya, hingga tahun 2040 kapasitas energi di Indonesia akan ditopang oleh EBT sebesar 75% dan gas sebesar 25%.
”Jadi, mulai hari ini hingga tahun 2040, penambahan kapasitas sebesar 21 Gigawatt (GW) berasal dari pembangkit listrik tenaga gas, 28 GW dari tenaga surya dan angin, 31 GW dari tenaga air dan panas bumi, 2,4 GW dari energi baru lainnya,” tutur Darmawan pada siaran pers, Jumat (12/07/2024).
Guna mencapai target ambisius tersebut, PLN kata Darmawan telah meluncurkan skenario Accelerated Renewable Energy Development (ARED). Lewat skenario ini, PLN akan membangun Green-Enabling Transmission Line untuk mengakomodasi persebaran sumber EBT di pelosok Indonesia menuju pusat demand di perkotaan.
Namun demikian Darmawan mengungkapkan, langkah transisi energi menyimpan tantangan yang sangat besar dari beberapa sisi. Untuk itu PLN tidak akan mampu menjalankannya dalam suasana kesendirian dan sangat butuh kolaborasi komunias global.
Baca Juga: REOC PLN IP Dilirik Perusahaan Energi Asal Thailand
“Tantangan dalam menjalankan transisi energi sangat besar, baik dari segi teknis, kebijakan, komersial, dan pendanaan. Untuk itu kolaborasi yang kuat antar komunitas global sangat dibutuhkan karena PLN tidak bisa menjalankan semuanya dalam suasana kesendirian, perubahan iklim adalah permasalahan global yang harus dihadapi bersama-sama," pungkas Darmawan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement