Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

IJBNet Inisiasi Kerja Sama BRIN dan Jepang dalam Proyek Bioavtur

IJBNet Inisiasi Kerja Sama BRIN dan Jepang dalam Proyek Bioavtur Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Indonesia Japan Business Network (IJBNet) menginisiasi terjalinnya kerja sama antara Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN), Green Power Development Corporation of Japan (GPDJ), dan PT ABE Indonesia Berjaya.

Proses penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) ketiga pihak ini berlangsung pada hari Kamis, 18 Juli 2024 di kantor BRIN Jl. M. H. Thamrin Jakarta Pusat.

Hadir pada prosesi penandatanganan tersebut antara lain Mego Pinandito (Deputi Bidang Kebijakan Pembangunan BRIN), Ms. Emi Sekiya (Chairman GPDJ), Eko Fajar Nurprasetyo (Direktur Utama PT ABE Indonesia Berjaya), serta Suyoto Rais (Ketua Umum IJBnet) selaku inisiator.

Sebelum penandatanganan MoU dengan Deputi Bidang Kebijakan Pembangunan BRIN, delegasi dari Jepang berkesempatan untuk beraudiensi dengan Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko. Dalam pertemuan singkat dan berkualitas tersebut Kepala BRIN menyampaikan dukungan penuh dan menyambut baik kegiatan yang akan dikerjasamakan secara konkret dengan BRIN.

Beliau berharap kerja sama tidak berhenti di MoU saja, namun berharap ditindaklanjuti dengan baik pada implementasinya, sehingga dapat memberikan manfaat bagi kedua negara di dalam pengembangan bio energi.

Dalam realisasinya nanti, selain pengembangan kelapa sebagai bahan baku bioavtur, Kepala BRIN juga berharap dikembangkan bahan baku lainnya serta diperluas kolaborasi pada bidang-bidang lainnya. Juga sangat berharap adanya transfer teknologi, pengetahuan, dan lain-lain bagi kedua negara.

MoU ini berkenaan dengan proyek pengembangan industri Sustainable Aviation Fuel (SAF) atau bioavtur yang sudah pada tahap pembangunan pabrik di Banyuasin, Sumatera Selatan. Proyek yang berawal dari riset bersama antara IJBNet, GPDJ, dan BRIN ini sudah memasuki tahun ke-3.

Baca Juga: Pertama di Dunia, Bukit Asam dan BRIN Mulai Kembangkan Batu Bara untuk Bahan Baku Baterai Li-ion

Sustainable Aviation Fuel (SAF) atau bioavtur merupakan solusi bahan bakar pesawat yang lebih ramah lingkungan. Bahan baku bersumber dari kelapa non-standar, yang mana bahan baku ini sudah diakui dan telah masuk ke dalam positive list dari Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO). 

Masuknya Kelapa Non-Standar ke dalam Positive List menandakan keberhasilan dari upaya bersama melakukan inovasi sumber bahan baku SAF di luar pilihan yang sudah ada, sehingga akan membuka peluang bagi negara-negara penghasil kelapa, termasuk Indonesia sebagai salah negara penghasil kelapa terbesar di dunia untuk berkontribusi pada pengurangan emisi karbon di sektor penerbangan.

Hal ini sejalan dengan kesepakatan global untuk pembangunan yang berkelanjutan dan terwujudnya karbon netral, serta menekankan pentingnya solusi inovatif dalam mitigasi pemanasan global. 

Kebijakan ICAO yang memberikan opsi pemanfaatan energi terbarukan untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, akan memberikan dampak yang signifikan dalam industri penerbangan. Perkembangan ini akan mendorong komitmen para pemangku kepentingan untuk menindak lanjuti dengan implementasi penggunaan bioavtur ini.

Dalam proses produksinya, bahan baku kelapa non-standar tersebut kemudian diolah menjadi minyak kelapa mentah atau Crude Coconut Oil (CCO). Keberadaan bahan baku kelapa non-standar ini sangat penting mengingat kelapa adalah komoditi yang dibutuhkan industri pangan. Kelapa non-standar diambil dari kelapa yang terlalu tua, kelapa yang berukuran sangat kecil, kelapa yang sudah bertunas, kelapa yang mulai membusuk atau berjamur serta kelapa yang pecah.

Baca Juga: BRIN: 16 Juta Lapangan Kerja Diciptakan Industri Kelapa Sawit Indonesia

GPDJ memilih Indonesia sebagai tempat industri pembuatan CCO, karena potensi kelapa di Indonesia yang sangat melimpah. Hasil riset menunjukkan bahwa jumlah kelapa non-standar di Indonesia itu mencapai 30% dari total kelapa yang dihasilkan.

Adapun PT ABE Indonesia Berjaya adalah perusahaan lokal akan bertindak sebagai pelaksana proyek yang ditargetkan mampu menghasilkan 100 ton Crude Coconut Oil (CCO) per hari dari bahan baku kelapa non standar. Dalam proses produksinya, PT ABE akan menggunakan teknologi mesin traceability system buatan anak bangsa.

IJBNet sebagai inisiator sangat bersyukur perjuangan panjang IJBNet dan tim dengan dukungan pemerintah dan instansi terkait akhirnya membuahkan hasil, dengan masuknya kelapa non-standar sebagai salah satu bahan baku bioavtur yang dibolehkan oleh ICAO. 

Proyek ini akan menjadi berita baik bagi seluruh stakeholder kelapa di Indonesia, yang berujung bagi peningkatan pendapatan para petani dan juga devisa negara. 

Diharapkan dengan masuknya kelapa non-standar, dan nanti diikuti oleh sumber-sumber bahan baku lainnya, maka peluang menjadikan Indonesia sebagai raja bioavtur dunia ke depan akan terbuka luas.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Amry Nur Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: