- Home
- /
- EkBis
- /
- Agribisnis
AALI dan BRIN Kolaborasi Dongkrak Produktivitas Sawit dengan Kultur Jaringan
Data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) mencatat bahwa industri kelapa sawit Indonesia masih menghadapi beberapa tantangan produktivitas dan stagnansi produksi selama lima tahun terakhir ini. Tingginya permintaan pasar baik dalam maupun luar negeri dikhawatirkan bakal mengancam ketersediaan pasokan minyak sawit.
Menurut keterangan dari Kepala Organisasi Riset Pertanian dan Pangan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Puji Lestari, salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk mengoptimalkan produktivitas kelapa sawit di Indonesia yakni penggunaan varietas unggul. BRIN melalui kerja sama dengan Astra Agro, mengembangkan teknik kultur jaringan sebagai metode klonal bibit sawit yang berkualitas.
Baca Juga: Satu Dekade Jokowi, Beragam Warisan untuk Sektor Kelapa Sawit Lebih Baik
“Diperlukan ekplorasi dan pengembangan varietas-varietas unggul kelapa sawit agar mampu menciptakan bibit yang berkualitas dengan produktivitas yang tinggi. Riset dan pengembangan diperlukan untuk mendorong mutu yang memperhitungkan keberlanjutan dan dampak lingkungan,” ujar Puji dalam keterangannya, Selasa (22/10/2024).
Berdasarkan data yang dilansir dari GAPKI, produksi minyak sawit tahun 2023 meningkat sebesar 7,02% dibandingkan dengan tahun 2022 yang emncapai 51,2 juta ton. Akan tetapi, produksi CPO dan PKO berada stagnan di sekitar 51 juta ton dalam periode 2019 hingga 2022.
BRIN dan Astra Agro sejak tahun 2018 pun telah mengembangkan inovasi melalui teknik kultur jaringan guna menciptakan klon unggul kelapa sawit. Penanaman klon unggul hasil kultur jaringan hingga tahun 2024 ini telah mencapai lebih dari 10 ribu tanaman yang berlokasi di salah satu perkebunan kelapa sawit Astra Agro di Kalteng.
Dalam keterangan yang sama, Senior Vice President Research and Development Astra Agro, Cahyo Wibowo, mengatakan bahwa teknologi yang digunakan untuk menghasilkan klon melalui kultur jaringan saat ini masih dalam proses untuk mendapatkan hak paten bersama BRIN yang telah diajukan pada akhir 2023 silam. Astra Agro, melalui kerja sama dengan BRIN, pun berkomitmen untuk terus meningkatkan cloning atau perbanyakan tanaman menggunakan sumber materi genetik tanaman yang unggul.
“Pada prinsipnya, kandidat tanaman yang digunakan harus memiliki keunggulan spesifik seperti produktivitas yang tinggi berdasarkan hasil pengamatan komprehensif di lapangan. Optimalisasi metode kultur jaringan didorong melalui kerja sama ini untuk menghasilkan tanaman dengan jumlah yang besar dengan waktu yang relatif lebih cepat,” kata Cahyo.
Lebih lanjut, berdasarkan penelitian dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), produktivitas kelapa sawit pun dapat meningkat sebesar 20 – 25% dari tanaman konvensional jika dikembangkan melalui kultur jaringan. Maka dari itu, Cahyo pun menyebut bahwa tanaman kelapa sawit yang berasal dari hasil kultur jaringan memiliki sifat genetik yang sama dengan pohon yang akan dikloning.
“Tidak hanya dari varietas unggul, produktivitas tanaman juga harus didukung dengan pemupukan yang tepat, pengendalian hama dan penyakit, serta teknologi kecerdasan buatan yang membantu proses budi daya tanaman sawit. Untuk itu, inovasi dalam perawatan tanaman juga tetap harus dieksplorasi,” tuturnya.
Sebelumnya, Astra Agro telah menciptakan pupuk hayati Astemic yang dikembangkan dengan pemanfaatan teknologi hayati mikroba unggul yang bersumber dari kebun-kebun Astra Agro. Pupuk hayati ini telah digunakan secara internal yang berhasil mengurangi 25% penggunaan pupuk kimia selain juga mengurangi emisi karbon. Dengan kolaborasi BRIN, Astra Agro membuka diskusi untuk turut melakukan inovasi pengembangan pupuk hayati yang dapat memenuhi prinsip berkelanjutan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Aldi Ginastiar
Advertisement