Sepanjang tahun 2023, PLN Nusantara Power (PLN NP) mencatatkan produksi energi baru terbarukan (EBT) senilai 5,6 juta megawatt hour (MWh). Produksi listrik bersih ini diantaranya berasal dari empat pembangkit EBT yaitu PLTA Brantas, PLTA Cirata, PLTS Terapung Cirata dan PLTS Ibu Kota Nusantara.
"Beroperasinya pembangkit EBT ini, salah satunya PLTS Terapung Cirata yang merupakan PLTS terapung terbesar se-Asia Tenggara dan menjadi bukti dari komitmen PLN NP dalam menjawab tantangan transisi energi. Kami juga turut serta dalam mendukung Green City di IKN dengan membangun PLTS sebesar 10 MW," ujar Direktur Utama PLN NP Ruly Firmansyah pada keterangannya, Jakarta, Kamis (25/07/2024).
Baca Juga: TJSL PLN Peduli Cetak Lapangan Kerja dan Kembangkan UMK Secara Nasional
Ruly menjelaskan sebagai subholding pembangkitan terbesar di Asia Tenggara, PLN NP terus berupaya mengadaptasi tantangan transisi energi dengan mengoptimalkan pengembangan pembangkit non-fosil.
Hal ini tercermin dari Equivalent Availability Factor (EAF) Pembangkit Non Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Jawa-Bali, EAF Pembangkit PLTU dan Non PLTU di Luar Jawa Bali yang mencapai lebih dari 100% dari target yang ditetapkan.
EAF adalah faktor kesiapan unit pembangkit dimana semakin besar nilai EAF suatu unit pembangkit, maka semakin siap beroperasi dalam memproduksi listrik.
Baca Juga: TJSL PLN Peduli Cetak Lapangan Kerja dan Kembangkan UMK Secara Nasional
Selain berasal dari pembangkit EBT, produksi listrik ramah lingkungan juga berasal dari inovasi melalui teknologi co-firing atau subtitusi batu bara dengan biomassa di PLTU. Teknologi co-firing ini mampu diimplementasikan secara komersial pada 24 PLTU dan menghasilkan 511 ribu MWh listrik bersih. Inovasi ini juga mampu mereduksi emisi hingga 533 ribu ton CO2.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement