Desa Kalijaran, Kecamatan Maos, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, dikelilingi areal persawahan yang cukup luas.
Sebagian lahan persawahan di sana terlihat menghijau, namun sebagian lain kering dan retak karena merupakan sawah tadah hujan.
"Pertanian di sini sebagian besar merupakan tadah hujan,” tutur Prayitno, Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Margo Sugih Desa Kalijaran.
Dia menuturkan anggota kelompoknya mengalami kesulitan dalam mengembangkan pertanian. Air sulit karena akses ke irigasi cukup jauh. Pola waktu tanam yang berbeda dengan lahan persawahan yang subur memunculkan hama tikus.
Kesuburan lahan pertanian cenderung menurun karena penggunaan pupuk kimia yang berlebihan untuk menggenjot produksi.
"Lahan sawah kurang produktif dan rusak akibat penggunaan pupuk kimia yang berlebihan,” katanya.
Kondisi tersebut mulai berubah ketika satu unit Pembangkit Tenaga Surya (PLTS) berdiri di tengah areal persawahan itu pada awal November 2023.
Fasilitas itu dibangun atas kolaborasi PT Pertamina (Persero) dan Subholding Power & Renewable Energy (PNRE) untuk Program Desa Energi Berdikari Kalijaran. Dengan adanya listrik, petani dapat memompa air untuk mengaliri sawahnya.
Fasilitas tersebut diserahkan oleh VP CSR & SMEPP Management Pertamina Fajriyah Usman kepada Sekretaris Perusahaan PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Hermansyah Y Nasroen. PLTS tersebut selanjutnya diresmikan Direktur Utama KPI Taufik Adityawarman.
Taufik mengatakan Pertamina melihat bahwa petani di Kalijaran masih mengembangkan pertanian yang konvensional. Padahal, Kalijaran memiliki potensi pertanian yang sangat baik.
"Maka kami hadir menjadi bagian dari kemandirian ekonomi masyarakat melalui Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan PT KPI Unit Cilacap,” jelasnya.
KPI Unit Cilacap juga memberikan dukungan bagi program TJSL bertajuk “Masyarakat Pengelola Pertanian Berkelanjutan” atau disebut MAPAN senilai lebih dari Rp270 juta.
"Kami berharap Kalijaran menjadi sentra pertanian organik terintegrasi serta menjadi rujukan pengembangan pertanian modern berbasis Energi Baru dan Terbarukan (EBT),” imbuh Taufik.
Bantuan dari Pertamina sangat penting bagi masyarakat karena, Kalijaran termasuk dalam 72 desa miskin di Cilacap. Dewa Kalijaran memiliki luas persawahan sekitar 186 hektare (ha). Padahal, secara keseluruhan Kecamatan Maos masih menjadi andalan atau lumbung pangan di Cilacap.
Dengan perbaikan sistem pengarian, termasuk dengan penggunaan tenaga surya untuk memompa air, panen yang tadinya dua kali dalam setahun diharapkan menjadi tiga kali. Pada 2024, produksi padi diharapkan sudah meningkat dua kali lipat.
Kilang Cilacap dan Gapoktan Margo Sugih pada 2022 mengembangkan pilot project pertanian berbasis EBT. Akhirnya, dikembangkan dua inovasi yakni penggunaan teknologi Solar Home System (SHS) untuk irigasi pertanian dan pengembangan pupuk organik.
Hasilnya, terdapat peningkatan hasil produksi pertanian holtikultur, peningkatan hasil padi, perikanan, perbaikan lahan pertanian dengan penggunaan pupuk organk.
Total energi bersih yang dihasilkan mencapai 10.750 wattpeak (wp) dari titik PLTS telah menjangkau 21 ha lahan sawah dan 90 penerima manfaat. Jumlah debit air untuk pengairan mencapai hingga 117.600 liter per hari sehingga petani tidak tergantung lagi pada musim.
Selanjutnya, program ini meningkatkan siklus panen dari sebelumnya dua kali menjadi tiga kali per tahun, penghematan anggaran pengairan per ha dari Rp1,5 juta untuk pembelian BBM menjadi Rp1 juta, serta peningkatan produksi pertanian dari 12 ton menjadi 12 ton ditambah 4 ton cabai per ha selama satu tahun.
“Peningkatan pendapatan petani sebesar 50%. Sebanyak 10 orang anggota Gapoktan sudah memiliki kemampuan untuk pemeliharaan teknologi SHS. Bahkan, kehadiran program ini meningkatkan kesadaran warga untuk melakukan praktik yang ramah lingkungan yang dibuktikan dengan adanya Surat Desa Kalijaran No. 242/IX/2023 yang menghimbau warga tidak membakar jerami di sawah,” papar Prayitno.
Inovasi yang diterapkan kilang Cilacap di Kalijaran mendatangkan sejumlah apresiasi. Program MAPAN menjadi salah satu dari 70 unit operasi Pertamina Group yang meraih penghargaan Indonesia Green Awards (IGA) 2024.
Area Manager Communication, Relations & CSR PT KPI Unit Cilacap Cecep Supriyatna mengatakan keberhasilan kilang Cilacap di ajang ini karena konsistensi dalam pengembangan EBT dengan optimalisasi potensi alam berupa sumber air tanah dan panas matahari untuk energi pertanian berbasis tenaga surya.
"Hal ini juga mendukung peningkatan ekonomi masyarakat melalui pertanian berkelanjutan,” katanya
Penerapan program ini telah menjadikan Desa Kalijaran sebagai desa percontohan pengembangan EBT untuk pertanian dan menjadi tempat pengabdian masyarakat, salah satunya civitas Politeknik Negeri Cilacap (PNC).
Kehadiran Desa Energi Berdikari Kalijaran ini juga membuktikan komitmen PT KPI memenuhi aspek Enviromental, Social, and Governance (ESG) secara terintegrasi dalam upaya menjaga keberlanjutan lingkungan dan masyarakat yang berfokus pada pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) nomor 7 yaitu Energi Bersih dan Terjangkau.
Fajriah menambahkan Desa Energi Berdikari merupakan program unggulan TJSL Pertamina yang berfokus pada pengembangan ekonomi berbasis EBT yang lebih terjangkau, dapat diandalkan, dan berkelanjutan sehingga bisa memberikan dampak kemajuan baik secara ekonomi dan lingkungan.
Ketersediaan energi tersebut seterusnya dijadikan pendorong aktivitas perekonomian masyarakat seperti wisata, pertanian, industri rumah tangga dan lain-lain.
"Pada dasarnya, ini bukan menyediakan listrik, tetapi menjadikan EBT sebagai energi untuk mendorong tumbuhnya aktivitas masyarakat,” katanya.
Program Desa Energi Berdikari Kalijaran merupakan program ke-76 yang dibentuk Pertamina. Pertamina akan melipatgandakan jumlah desa energi berdikari pada tahun depan."
"Desa energi berdikari menjadi program TJSL unggulan Pertamina yang akan dikembangkan secara lebih intensif,” tegasnya.
Program Desa Energi Berdikari Pertamina telah memberikan manfaat pada 4.113 KK dengan total multiplier effect sebesar Rp1,93 miliar per tahun. Pencapaia yang lebih penting, ungkap Fajriyah, adalah jumlah reduksi emisi karbon yang mencapai 714.859 ton CO2 eq /tahun.
"Dengan adanya program ini, kami berharap masyarakat yang akan menjadi garda terdepan dalam penggunaan energi bersih, Maka, direksi Pertamina sudah berkomitmen dan mendorong jumlah Desa Energi Berdikari terus ditambah agar menjadi energi pendorong kemajuan masyarakat secara berkeadilan, terutama yang selama ini kesulitan mengakses energi,” katanya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Advertisement