Sebagai wujud komitmen dalam menciptakan ekosistem industri asuransi yang sehat dan berkelanjutan,
PT Tugu Reasuransi Indonesia (Tugure) berpartisipasi aktif dalam Indonesia Underwriting Summit (IUS) 2024 yang diselenggarakan oleh Persatuan Underwriter Jiwa Indonesia (Peruji).
Tidak hanya menjadi sponsor, Tugure juga mengambil peran penting dengan membahas secara mendalam seluk-beluk produk Asuransi Jiwa Kredit (AJK), termasuk tantangan penerapan POJK 20/2023 yang mengatur produk tersebut.
Dalam kesempatan ini, Kiki Oditya, Life Group Head Tugure, tampil sebagai salah satu pemateri utama yang membahas topik AJK. Ia menekankan bahwa pengelolaan produk AJK saat ini menghadapi berbagai tantangan.
“Bisnis AJK memang menawarkan potensi keuntungan yang tinggi, namun di sisi lain juga dapat memberikan risiko kerugian yang signifikan,” ujar Kiki dalam paparannya pada IUS 2024 di Jakarta, Kamis (15/8/2024).
Baca Juga: Begini Cara Tugure Perkuat Kemitraan dengan Mitra Usaha Sekaligus CSR
Kiki menegaskan bahwa seiring dengan tenggat waktu implementasi POJK 20/2023, perusahaan asuransi harus membenahi tata kelola produk AJK. Beberapa aspek yang perlu diperhatikan oleh industri asuransi terkait AJK antara lain adalah peran aktuaris yang harus memberikan perhitungan yang presisi hingga masa berlaku polis berakhir.
“Peran aktuaris sangat penting dalam mendampingi underwriter,” tambahnya.
Selain itu, Kiki juga menekankan pentingnya perusahaan memiliki risk appetite yang jelas, didukung oleh pedoman underwriting yang kuat dan selalu diperbarui secara berkala. Hal ini bertujuan agar setiap underwriter di perusahaan tersebut memiliki standar yang konsisten.
“Semua pihak, mulai dari manajemen, aktuaris, hingga underwriting, harus memiliki risk appetite yang sejalan. Underwriter memiliki tanggung jawab untuk memberikan wawasan yang mendalam kepada pihak-pihak terkait,” jelas Kiki.
Lebih jauh, Kiki menyatakan bahwa untuk mengembangkan produk AJK yang sehat, diperlukan komitmen dari seluruh pemangku kepentingan, mulai dari sumber bisnis, pialang, asuransi, hingga reasuransi.
“Sinergi yang kuat antar pemangku kepentingan sangat penting untuk menciptakan bisnis yang berkelanjutan,” tegasnya.
Baca Juga: Optimis Pacu Pertumbuhan Berkelanjutan, Tugure Raih Premi Rp2 Triliun di Semester I
Kiki juga menekankan pentingnya pembenahan di sisi klaim. Menurutnya, perusahaan asuransi perlu memiliki sistem klaim yang efisien dan transparan, mulai dari pengelolaan dokumen hingga langkah-langkah evaluasi.
“Penggunaan teknologi dalam proses klaim sangat penting untuk mengurangi keterlambatan dan meminimalkan kesalahan manual,” ujar Kiki.
Berdasarkan pengalaman Tugure, Kiki juga mendorong perusahaan asuransi untuk memiliki kemampuan
investigatif, baik melalui tim internal maupun eksternal, guna mencegah terjadinya fraud. “Upaya ini terbukti efektif dalam menekan angka klaim di Tugure,” ungkapnya.
Saat ini, di Tugure sendiri, produk AJK masih dalam tahap pemodelan dan diskusi dengan seluruh mitra usaha untuk menciptakan produk yang menguntungkan bagi Tugure maupun mitranya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait:
Advertisement