Surplus produksi minyak kelapa sawit atau yang biasa disebut crude palm oil (CPO) diprediksi menurun pada tahun 2025. Selain itu, harga komoditas hasil perkebunan itu juga diperkirakan tidak akan mengalami kenaikan signifikan pada tahun depan.
Menanggapi hal tersebut, BMI yang merupakan salah satu lengan riset Fitch Solutions dan bagian dari Fitch Ratings, mengestimasikan pada tahun 2025 surplus CPO dunia akan mencapai 1,3 juta ton. Angka tersebut menurun dari perkiraan sebanyak 1,9 juta ton pada tahun ini sekaligus menandai titik terendah dalam empat musim.
“Meskipun demikian, kami memperkirakan harga CPO rata-rata akan lebih rendah pada 2025, MYR3.650 per ton, dibandingkan dengan 2024 karena hambatan dari sisi permintaan dan basis yang masih tinggi akibat lonjakan harga pada 2022 di antara faktor-faktor lainnya,” papar mereka dalam laporan yang dikutip oleh Warta Ekonomi, Senin (26/8/2024).
BMI pada tahun 2025 ini menyoroti ketidakpastian pengoperasian Peraturan Deforestasi Uni Eropa (EUDR) sebagai risiko dari penurunan prospek harga CPO.
Sebagai informasi, EUDR merupakan serangkaian aturan dan propaganda dari Uni Eropa yang mengatur tentang produk-produk anti deforestasi yang masuk ke wilayah mereka. Aturan tersebut bertujuan untuk mencegah penjualan produk yang terkait dengan deforestasi di pasar Uni Eropa yang dapat menyebabkan penurunan permintaan impor minyak sawit Benua Biru itu.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement