Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Soroti Pentingnya Kesehatan, President University Ungkap Dampak Serius Office Syndrome ke Ekonomi

Soroti Pentingnya Kesehatan, President University Ungkap Dampak Serius Office Syndrome ke Ekonomi Kredit Foto: President University
Warta Ekonomi, Jakarta -

Office syndrome, kondisi yang sering dialami oleh pekerja di era modern akibat postur tubuh yang buruk dan kebiasaan kerja yang tidak ergonomis, ternyata memiliki dampak ekonomi yang signifikan. Sindrom ini, yang biasanya muncul dari kebiasaan duduk terlalu lama, penggunaan komputer yang berkepanjangan, dan kurangnya istirahat, tidak hanya mempengaruhi kesehatan individu, tetapi juga dapat menurunkan produktivitas dan meningkatkan biaya kesehatan di perusahaan.

Menurut Dr. Rima Melati, dosen di Fakultas Kedokteran President University (Presuniv), dampak ekonomi dari office syndrome tidak bisa dianggap remeh. 

"Biaya pengobatan bagi penderita office syndrome dapat meningkat 20%-30%, sementara produktivitas pekerja bisa turun hingga 15%-20%. Ketidakhadiran akibat kondisi ini pun bisa mencapai 5-10 hari per tahun," jelasnya dalam acara bincang sehat yang diadakan oleh Fakultas Kedokteran Presuniv. 

Lebih lanjut, ia menyebutkan bahwa di Amerika Serikat, biaya langsung akibat office syndrome mencapai US$20 miliar per tahun, dan biaya tidak langsung seperti penurunan produktivitas bahkan lebih tinggi, mencapai US$100 miliar per tahun.

Baca Juga: President University Tempati Peringkat ke-2 PTS Terbaik se-Jawa Barat Versi EduRank 2024

Di Uni Eropa, data menunjukkan bahwa 40%-50% penyakit yang terjadi di tempat kerja berkaitan dengan kondisi ergonomis yang buruk. Hal ini menyebabkan kerugian ekonomi yang diperkirakan mencapai 2%-3% dari Produk Domestik Bruto (PDB) Uni Eropa. 

"Office syndrome adalah tantangan nyata di dunia kerja modern yang dapat menurunkan efisiensi dan merugikan perekonomian secara signifikan," tambah Rima.

Fakultas Kedokteran President University, secara khusus menyoroti pentingnya kesehatan kerja sebagai bagian dari kurikulumnya. Dekan Fakultas Kedokteran Presuniv, Prof. Dr. dr. Budi Setiabudiawan, Sp.A(K), M.Kes., menegaskan bahwa fokus pada isu-isu kesehatan kerja menjadi salah satu keunggulan utama fakultas ini.

"Kami memberikan mahasiswa pengalaman langsung di lingkungan medis sejak tahun pertama, termasuk kunjungan ke klinik, puskesmas, dan rumah sakit di sekitar kawasan industri. Dengan lokasi strategis ini, kami mampu menyiapkan lulusan yang tidak hanya kompeten secara medis, tetapi juga memiliki pemahaman mendalam tentang kesehatan kerja," jelas Prof. Budi. 

Baca Juga: Ekspansi, President University Buka Prodi S1 Hospitality and Tourism Business di KEK Tanjung Lesung

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Presuniv juga akan mendapatkan sertifikat Hygiene Perusahaan, Ergonomi, dan Kesehatan (Hiperkes) setelah lulus, yang sangat berharga bagi mereka yang akan berkarier di bidang kesehatan kerja. Sistem pembelajaran yang menggunakan bahasa Inggris juga menjadi keunggulan tambahan, mempersiapkan lulusan untuk bersaing di tingkat global.

Dengan pendekatan yang komprehensif terhadap kesehatan, Fakultas Kedokteran Presuniv menunjukkan komitmennya untuk melahirkan tenaga medis yang siap menghadapi tantangan di dunia industri dan memberikan kontribusi positif bagi kesehatan dan produktivitas tenaga kerja.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Advertisement

Bagikan Artikel: