Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Rasakan Deflasi, Indonesia Masih Rasakan Efek Krisis Ekonomi 1998?

Rasakan Deflasi, Indonesia Masih Rasakan Efek Krisis Ekonomi 1998? Kredit Foto: Mochamad Ali Topan
Warta Ekonomi, Surabaya -

Penurunan harga di suatu daerah atau deflasi sangat berdampak pertumbuhan ekonomi nasional. Pasalnya, di Indonesia sendiri selama lima bulan berturut-turut mulai Mei hingga September 2024 menjadi sorotan. Sebab, deflasi ini seolah menghantui krisis ekonomi yang pernah terjadi tahun 1998 lalu. Terlebih mata uang rupiah terus terseok-seok terhadap mata uang asing.

Menurut CEO Karunia Consultant, Dwie Ratna Winarsih situasi dalam negeri diperparah dengan banyak industri yang menahan produksi, dan berdampak layoff atau pemutusan hak kerja (PHK) pada sebuah perusahaan. Dampak lain muncul penurunan daya beli akibat lesunya ekonomi, sebagai akibat transisi politik.

Baca Juga: Irene Umar, Alumnus President University Ditunjuk Presiden Prabowo Menjadi Wamen Ekonomi Kreatif

“Deflasi (lima bulan berturut-turut) lebih disebabkan shifting. Banyak masyarakat yang mengalihkan pola belanja dan manajemen investasi,” terang Dwie dalam paparannya di Surabaya, Minggu (21/10).

Namun Dwie, memastikan bila situasi saat ini lebih didominasi investment shifting. Saat ini banyak masyarakat mulai sadar pentingnya investasi. Terutama menghadapi situasi ekonomi yang serba tidak menentu.

Tax and Finance Consultant serta Alumnus Universitas Surabaya ini mengakui, saat ini cukup banyak pilihan investasi. Sebagai contoh, dalam lima tahun terakhir ini investasi makin bertambah enggan kehadiran bitcoin dan crypto.

“Berinvestasi itu harus tahu risiko. Itu dulu. Kedua, harus bisa mengendalikan diri. Perhatikan pula, duit yang keluar itu passive income atau bukan, agar tidak mengganggu dapur,” tambanya.

Investasi di tengah deflasi yang beruntun ini sangat tepat. Masalahnya pasar yang akan menjadi guidance dalam menentukan growth. Tapi, persoalan ini kembali pada kejelian investor dalam memantau pergerakan pasar.

Baca Juga: Raih Kategori Best Social Contribution Reputation, BRI Finance Buktikan Komitmen untuk Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

“Saya kurang setuju bila deflasi ini disebabkan estafet politik. Soal itu (deflasi akibat politik) tidak mutlak, sih. Sekali lagi, tepatnya ada shifting dan kembali pada investornya,” pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Mochamad Ali Topan
Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: