- Home
- /
- EkBis
- /
- Transportasi
Ditutup Belanda pada Tahun 1930, Kereta Api Kembali Dimiliki Masyarakat Sulawesi di Era Jokowi
Perkeretaapian Indonesia memiliki sejarah panjang dan bahkan telah hadir ketika Bumi Pertiwi masih terjajah. Ketika Indonesia merdeka pada tahun 1945, pengelolaan kereta api yang telah ada saat itu diambil oleh Serikat Pekerja dari penjajah Jepang. Secara lebih matang, pengelolaannya baru dilakukan pada tahun 1963 ketika dibentuk Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA).
Berlanjut pada masa Orde Baru, jaringan rel kereta api tidak banyak berkembang. Barulah pada masa akhir Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kereta api mulai diperhatikan, yaitu dengan pembangunan proyek jalur ganda Jakarta-Surabaya.
Perhatian secara lebih serius akhirnya dilakukan oleh Pemerintahan Presiden Joko Widodo. Banyak proyek kereta api yang dimulai dan diselesaikan oleh Presiden Joko Widodo pada kurun waktu 2014-2024.
Presiden Joko Widodo berhasil membuat jalur ganda lintas selatan selesai dibangun, serta proyek besar lainnya seperti double-double track (DDT) Manggarai-Cikarang untuk mengatasi kepadatan jalur kereta jarak jauh dan commuterline menuju Bekasi.
Baca Juga: (Infografis) Membangun 25 Pelabuhan, 10 Tahun Pemerintahan Jokowi Mengarungi Laut Indonesia
Pembangunan Light Rail Transit atau Lintas Raya Terpadu (LRT) pun diperintahkan oleh Jokowi setelah menjadi presiden pada 2014. Saat ini, LRT telah beroperasi di berbagai wilayah seperti LRT Jakarta, LRT Jabodebek, dan LRT Palembang.
Jokowi juga membawa Indonesia ke era baru dengan meluncurkan kereta cepat Whoosh Jakarta-Bandung (KCIC). Kereta cepat pertama di Asia Tenggara ini bahkan digadang-gadang akan diteruskan hingga tembus Surabaya.
Tak hanya di dalam Pulau Jawa, pemerintah Jokowi juga mencoba memeratakan pembangunan transportasi di berbagai wilayah lain di Indonesia. Misalnya, Jokowi membuka kembali jalur kereta api Makassar Parepare di Sulawesi.
Sebenarnya, masyarakat Sulawesi terutama di wilayah Makassar, tidaklah begitu asing dengan kereta api. Sebab, dalam sejarahnya, Sulawesi pernah memiliki jalur kereta api pada tahun 1922 di bawah pemerintahan Belanda.
Sayangnya, kereta api Makassar–Takalar tersebut harus ditutup pada tahun 1930 ketika krisis ekonomi pada tahun 1929. Sejak saat itulah Sulawesi tak lagi memiliki sarana transportasi kereta api.
Harapan masyarakat Sulawesi kembali muncul ketika pemerintah memulai pembangunan Proyek Kereta Api Trans Sulawesi pada tahun 2015 lalu.
“Kita harapkan orang tidak berbondong-bondong naik kendaraan pribadi. Dengan kereta yang nyaman, dingin, dan bersih ini, orang akan berpindah naik kereta sehingga jalan tidak macet,” ujar Presiden dalam peresmian pengoperasian kereta api Makassar-Parepare lintas Maros-Barru di Depo Maros, Sulawesi Selatan, pada Rabu, 29 Maret 2023.
Kereta api jalur lintas Maros-Barru merupakan bagian dari pembangunan Kereta Api Trans Sulawesi yang akan menghubungkan antarprovinsi di Sulawesi mulai dari selatan (Makassar) sampai ke Sulawesi Utara (Manado).
Baca Juga: Warisan Besar Jokowi 10 Tahun Pimpin RI, Mulai Whoosh sampai Hilirisasi
Hadirnya kereta api pertama di Pulau Sulawesi ini tentu sangat disambut bahagia oleh masyarakat. Hal tersebut dapat terlihat dari peningkatan penumpang. Sejak peresmiannya tahun lalu, tingkat keterisian penumpang Kereta Api Trans Sulawesi lintas Makassar-Parepare telah mencapai 75 persen.
Hingga Maret 2023, kereta api di Sulawesi sudah mengangkut 25.699 penumpang dengan rata-rata okupansi 78,02% dari kapasitas total 90 penumpang menggunakan kereta wisata.
Ungkapan gembira disampaikan Muhammad Abidin (35), salah seorang warga Kota Pare-Pare, Sulawesi ini mengungkapkan kehadiran sarana transportasi kereta api sangat dinantikan oleh masyarakat Sulawesi. “Kami sudah lama menantikannya dan ini menjadi mimpi kami semua masyarakat di sini,” ujarnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement