Gandeng Sembilan Lembaga Keuangan Besar, AdaKami Komitmen Tingkatkan Literasi Keuangan di 2025
PT Pembiayaan Digital Indonesia, yang dikenal dengan nama AdaKami, mengungkapkan rencana besar untuk memperkuat literasi keuangan di Indonesia pada tahun 2025.
Perusahaan ini tidak hanya berfokus pada memperluas kemitraan dengan berbagai pemberi pinjaman (lender), tetapi juga akan melaksanakan berbagai program edukasi literasi keuangan guna mengurangi kesenjangan yang ada di masyarakat.
Saat ini, AdaKami telah menggandeng sembilan lembaga keuangan besar dari sektor perbankan, seperti Seabank, Bank Jago, Bank Permata, Hana Bank, Bank Ganesha, Bank OCBC, Superbank, Bank CTBC Indonesia, dan BNI.
Namun, ke depannya, AdaKami berencana untuk menjalin lebih banyak kemitraan dengan lender dari sektor-sektor lain guna memperluas jangkauan dan meningkatkan akses masyarakat terhadap layanan keuangan digital.
“Ke depan, kami akan terus menggali potensi kemitraan dengan lender-lender dari berbagai sektor lainnya. Memang, saat ini kami fokus pada sembilan kemitraan yang ada, namun diharapkan jumlahnya akan terus bertambah di tahun depan,” kata Karissa Sjawaldy, Chief of Public Affairs AdaKami, dalam acara Media Gathering Akhir Tahun AdaKami di Jakarta, Kamis (12/12/2024).
Pasalnya, tahun 2024 menjadi titik penting bagi AdaKami dalam memperluas program literasi keuangan di Indonesia.
Berdasarkan hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2024, indeks literasi keuangan Indonesia tercatat sebesar 65,43 persen, sementara indeks inklusi keuangan berada di angka 75,02 persen. Meskipun angka inklusi tinggi, namun terdapat celah besar antara keduanya, yakni 15 persen, yang menunjukkan bahwa meskipun banyak orang yang telah terakses dengan layanan keuangan, pemahaman tentang cara pengelolaan keuangan yang baik masih rendah.
Baca Juga: Perluas Akses Pendanaan Berkualitas bagi Masyarakat, AdaKami dan Superbank Jalin Kolaborasi Super
“Angka inklusi keuangan itu di atas 75 persen, namun hanya 65 persen yang sudah terliterasi dengan baik. Ada gap sebesar 15 persen antara inklusi dan literasi keuangan yang harus segera diatasi,” ujar Karissa.
Menurutnya, gap tersebut menunjukkan pentingnya peningkatan literasi keuangan di Indonesia. Tanpa pemahaman yang memadai, masyarakat mungkin akan kesulitan dalam memanfaatkan teknologi pembiayaan digital dengan optimal. Bahkan, hal tersebut bisa menimbulkan risiko-risiko baru yang berbahaya.
“Jika literasi keuangan masih rendah, maka teknologi pembiayaan yang kami tawarkan akan sia-sia. Tanpa pemahaman yang baik, masyarakat bisa saja terjebak dalam risiko-risiko yang tak terduga,” tambahnya.
AdaKami menyadari bahwa sebagai penyedia teknologi pembiayaan, mereka tidak bisa berharap masyarakat langsung dapat memanfaatkan layanan mereka secara maksimal tanpa adanya pemahaman yang cukup tentang risiko dan manfaat produk keuangan. Oleh karena itu, perusahaan berfokus pada pendidikan keuangan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat, agar bisa menggunakan teknologi dengan lebih bijak.
Untuk diketahui, hingga 6 Desember 2024, AdaKami telah berhasil menyalurkan pinjaman sebesar Rp13,24 triliun, dengan lebih dari 1,46 juta transaksi yang tercatat sepanjang tahun ini. Di samping pencapaian ini, AdaKami juga mencatatkan Tingkat Wanprestasi (TWP90) yang sangat rendah, yakni 0,21 persen, jauh lebih baik dibandingkan rata-rata industri fintech P2P lending yang sebesar 2,38 persen.
“TWP90 kami ada di angka 0,21 persen, yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata industri yang mencapai 2,38 persen. Ini menunjukkan kualitas pinjaman yang kami salurkan tetap terjaga,” kata Karissa.
Ke depan, AdaKami akan semakin intensif dalam melaksanakan program edukasi untuk mengurangi ketimpangan pemahaman keuangan di kalangan masyarakat. Menurut Karissa, keberhasilan teknologi pembiayaan sangat bergantung pada seberapa baik masyarakat memahami cara menggunakan layanan tersebut.
Baca Juga: Lewat Diaspora Loan, BNI Salurkan Dua Model Kredit Ini
Oleh karena itu, AdaKami akan terus berkomitmen untuk meningkatkan literasi keuangan agar masyarakat dapat memanfaatkan teknologi secara lebih bijaksana.
“Literasi keuangan sangat penting. Tanpa itu, meskipun kita menghadirkan teknologi, masyarakat tetap belum dapat memanfaatkannya secara maksimal. Kami ingin agar masyarakat Indonesia semakin cerdas dalam mengelola keuangan mereka,” jelasnya.
Melalui upaya-upaya ini, AdaKami berharap dapat terus mendukung terciptanya ekosistem keuangan yang inklusif dan berkelanjutan, serta mendorong masyarakat Indonesia untuk memiliki pemahaman yang lebih baik mengenai pengelolaan keuangan pribadi.
Dengan demikian, harapannya inisiatif ini akan membawa dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi digital Indonesia secara keseluruhan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement