Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Dulu Raja Semikonduktor, Kini Intel Runtuh jadi Paling Tertinggal

Dulu Raja Semikonduktor, Kini Intel Runtuh jadi Paling Tertinggal Kredit Foto: Reuters/Amir Cohen
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pada tahun 2022, Presiden Biden menandatangani CHIPS Act yang menjanjikan miliaran dolar subsidi bagi industri semikonduktor asal Amerika Serikat. Intel, sebagai produsen chip terbesar di AS kala itu, tentu menjadi penerima manfaat terbesar dari hal ini. 

Pada Maret 2024, Intel menerima $8,5 miliar dana langsung untuk proyek semikonduktor baru, dengan potensi pinjaman hingga $11 miliar. Dana pinjaman tersebut digunakan untuk pembangunan pabrik besar di Arizona, New Mexico, Ohio, dan Oregon. Namun, meskipun mendapatkan dukungan besar, Intel justru masuk ke masa terburuk.

Realita di lapangan menunjukkan bahwa subsidi besar tidak mampu menyelamatkan Intel dari berbagai tantangan internal dan eksternal. Pada kuartal kedua 2024, pendapatan Intel tercatat turun sebesar 1%. 

Langkah drastis pun diambil, yaitu dengan melakukan PHK 15% tenaga kerja atau sekitar 20.000 karyawan. Karena langkah itu, saham Intel merosot hingga 60% sepanjang 2024. Harga sahamnya mencapai titik terendah sejak 2010, yaitu $20 per lembar.

Baca Juga: 10 Tips Sukses ala 'CT Way' dari Chairul Tanjung

Menurut Forbes, Intel mencatat kerugian masif sebesar $16,6 miliar pada kuartal terakhir 2024. Hal ini membuat Dewan Direksi mencopot Pat Gelsinger sebagai CEO Intel. Namun, pergantian kepemimpinan ini dinilai tidak cukup untuk menyelesaikan masalah mendasar Intel. Struktur organisasi dan sistem kompensasi yang mendorong persaingan internal disebut-sebut sebagai salah satu penyebab utama keruntuhan Intel.

Pada Agustus 2000, Intel pernah mencapai nilai pasar sebesar $509 miliar, setara lebih dari $930 miliar atau Rp15 ribu triliun pada 2024. Hal ini menjadikannya perusahaan publik paling berharga di dunia kala itu. 

Baca Juga: Belajar dari Pemecatan CEO Intel Pat Gelsinger, Dunia Inovator itu Kejam!

Namun, pada Desember 2024, nilai pasar Intel hanya $104 miliar, jauh tertinggal dari para kompetitornya. Communication of the ACM mencatat bahwa Nvidia ($3,4 triliun) telah menjadi pemimpin baru dalam industri semikonduktor, bahkan mendekati nilai pasar raksasa teknologi seperti Apple ($3,6 triliun). Selain itu, Intel juga kalah dari AMD ($222 miliar), Broadcom ($176 miliar), Qualcomm ($174 miliar), dan ARM ($141 miliar).

Kejatuhan Intel ini disebabkan oleh beberapa faktor. Beberapa yang paling fatal adalah sebagai berikut:

  1. Intel gagal masuk ke pasar prosesor ponsel karena desain arsitektur x86 mereka yang tidak efisien dalam konsumsi daya. Pasar ini akhirnya dikuasai oleh prosesor berbasis ARM.
  2. Nvidia berhasil memanfaatkan GPU untuk kebutuhan AI, sementara Intel terlambat menyadari potensi besar di sektor ini. Pada 2023, pendapatan Nvidia melampaui Intel berkat tren AI generatif yang booming.
  3. Stagnasi pasar PC global memperburuk situasi Intel. Pengiriman PC global turun hampir 30% sejak 2021, dan pendapatan Intel dari segmen PC menurun 31% antara 2021 dan 2023.

Baca Juga: Masuk Forbes Under 30, Ini Sosok di Balik Channel YouTube Satu Persen

Intel kini berharap bahwa investasi besar-besaran dalam pembangunan pabrik akan menyelamatkan perusahaan. Sayangnya, para analis cukup skeptis bahwa langkah ini dapat mengatasi masalah Intel yang menyangkut budaya organisasi serta kemampuan inovasi. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Amry Nur Hidayat

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: