Dr. Satrio Arismunandar, salah satu pendiri Aliansi Jurnalis Independen (AJI), mantan wartawan Kompas, dan kini Sekjen Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA menyebut sebagai seorang tokoh multidimensi yang telah melampaui batas-batas konvensional di setiap bidang yang disentuhnya. Pernyataan ini disampaikannya dalam esainya dalam perayaan 62 tahun usia Denny JA pada 4 Januari 2025.
Menurut Satrio, Denny JA kini tumbuh sebagai figur jenius modern asal Indonesia. Ia seorang tokoh multidimensi yang telah memberikan kontribusi signifikan dalam politik, sastra, media sosial, dan aktivisme sosial. Bgt
“Dalam setiap bidang yang ia geluti, ia tidak hanya berhasil tetapi juga menciptakan standar baru yang menginspirasi generasi berikutnya. Denny JA, di era modern, menjadi sosok jenius di Indonesia,” ungkapnya.
Mengapa Denny JA Layak Disebut Jenius? Satrio menyatakan empat alasan.
1. Inovasi yang Berkelanjutan:
Ia terus menciptakan sesuatu yang baru dan relevan di setiap bidang, dari politik hingga sastra.
2. Dampak yang Luas:
Karyanya memengaruhi tidak hanya individu tetapi juga struktur sosial dan politik di Indonesia.
3. Pengakuan Internasional:
Penghargaan dari TIME dan prestasi global lainnya menunjukkan bahwa ia melampaui batas-batas nasional.
4. Kemampuan Multidisipliner:
Ia memadukan sains, seni, dan aktivisme untuk menciptakan dampak yang berkelanjutan.
Denny JA adalah simbol dari potensi manusia untuk melampaui batas-batas disiplin, menciptakan inovasi, dan membawa dampak nyata di dunia.
Dalam usia 62 tahun, ia tidak hanya menjadi tokoh nasional tetapi juga ikon global, yang karyanya akan terus menginspirasi generasi mendatang.
Bagi Satrio, penting untuk mengangkat sisi jenius Denny JA agar ia menjadi teladan tokoh yang tak hanya menciptakan inovasi, tapi juga ikut menanamkan pentingnya “Power of Giving.
Denny Merevolusi Dunia Konsultan Politik
Sebagai pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Denny JA adalah pelopor modernisasi kampanye politik di Indonesia. Ia mengubah pendekatan tradisional berbasis intuisi menjadi strategi ilmiah berbasis survei dan riset opini publik. Dengan memanfaatkan data dan narasi, Denny JA menciptakan revolusi dalam demokrasi Indonesia.
Di bawah kepemimpinannya, LSI membantu memenangkan lima pemilu presiden berturut-turut (2004, 2009, 2014, 2019, 2024), sebuah prestasi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Lebih dari itu, LSI juga menjadi kunci sukses bagi puluhan gubernur dan lebih dari 100 kepala daerah.
Mengapa Denny JA berbeda?
Ia tidak hanya menyajikan data kepada kliennya, tetapi juga membangun narasi strategis yang menyentuh hati rakyat. Dengan pendekatan soft power, ia membuktikan bahwa perubahan besar dapat dilakukan tanpa kekerasan, melainkan dengan strategi komunikasi yang matang.
Sebagai pengusaha, Denny JA juga memiliki portofolio luas di sektor properti, hotel, tambang, dan kuliner. Kekayaannya yang melampaui Rp1 triliun menjadi bukti kemampuannya mengelola berbagai bidang secara profesional.
Menciptakan Genre Baru dalam Sastra
Pada tahun 2012, Denny JA menciptakan genre puisi esai, perpaduan antara puisi, narasi cerita, dan isu sosial. Buku debutnya, Atas Nama Cinta, menjadi tonggak awal sebuah gerakan sastra yang kini telah menghasilkan lebih dari 150 buku puisi esai di Asia Tenggara.
Puisi esai tidak hanya menjadi ekspresi seni, tetapi juga alat advokasi sosial. Genre ini telah digunakan untuk membahas isu-isu sensitif seperti diskriminasi agama, pernikahan anak, hingga kekerasan berbasis gender.
Apa yang membuat genre ini unik?
Puisi esai menggabungkan keindahan estetika dengan kedalaman sosial, menciptakan karya yang tidak hanya menyentuh jiwa tetapi juga relevan dengan realitas masyarakat. Dalam konteks ini, Denny JA telah menginspirasi generasi baru penulis, seperti halnya Johann Wolfgang von Goethe yang melampaui sastra untuk menjangkau dimensi kehidupan manusia.
Media Sosial dan Pengaruh Global
Di era digital, Denny JA adalah pionir yang memahami potensi media sosial sebagai alat pengaruh. Pada tahun 2014, majalah TIME menempatkannya sebagai salah satu dari 30 tokoh paling berpengaruh di Internet karena perannya dalam membentuk opini publik selama pemilu presiden Indonesia.
Melalui media sosial, Denny JA tidak hanya berbicara kepada jutaan orang, tetapi juga menciptakan ruang diskusi untuk mempromosikan nilai-nilai keadilan dan demokrasi. Penghargaan “World’s Golden Tweet” yang diterimanya pada 2014 menjadi bukti bagaimana ia memanfaatkan teknologi untuk perubahan sosial.
Menggabungkan Seni dengan Aktivisme
Sebagai pendiri Gerakan Indonesia Tanpa Diskriminasi, Denny JA membawa seni ke ranah advokasi sosial. Puisi esai, video pendek, dan kampanye digital menjadi alatnya untuk mengedukasi publik tentang toleransi dan hak asasi manusia.
Apa yang membuat pendekatan ini efektif?
Denny JA memahami bahwa seni memiliki kekuatan untuk menyentuh hati, lebih dari retorika politik atau wacana akademik. Pendekatan ini mengingatkan kita pada tokoh seperti Rabindranath Tagore, yang juga menggunakan seni sebagai alat perubahan sosial.
Visi Spiritualitas di Era AI
Sebagai pemikir multidisiplin, Denny JA memperkenalkan Enam Prinsip Emas Spiritualitas di Era AI. Prinsip-prinsip ini mengintegrasikan tradisi agama, sains, dan teknologi untuk menciptakan harmoni di era modern.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Sufri Yuliardi
Editor: Sufri Yuliardi
Tag Terkait:
Advertisement