Prediksi Enam Strategi Utama yang Bakal Digunakan Perusahaan di Asia Tenggara pada Tahun 2025
Pergerakan pasar yang dinamis, mendorong perusahaan untuk memperluas pandangan, meninggalkan cara lama, dan memanfaatkan inovasi untuk memperkuat kedudukan mereka di tahun 2024. Dengan berkembangnya teknologi, perusahaan perlu mengevaluasi ulang berbagai aspek dalam bisnis dan memahami bagaimana teknologi dapat membantu pertumbuhan mereka secara keseluruhan. Kemampuan perusahaan untuk beradaptasi menjadi penting agar tetap relevan di tengah arus perkembangan teknologi digital saat ini.
ManageEngine, perusahaan penyedia solusi aplikasi dan keamanan siber bagi banyak organisasi, atau perusahaan asal India membagikan strategi utama dengan mengelompokkan enam strategi utama yang harus diperhatikan oleh perusahaan di Asia Tenggara, untuk memperkuat dan mempertahankan daya saing di tengah kemajuan teknologi digital.
Menurut President ManageEngine, Rajesh Ganesan pertumbuhan ekonomi digital di Asia Tenggara tetap mencapai angka dua digit di tahun 2025, namun terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan oleh perusahaan.
“Aspek yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi digital di Asia Tenggara, antara lain meningkatkan penggunaan AI, menjadikan keamanan siber lebih demokratis, menerapkan model tata kelola terdistribusi untuk kepatuhan, merekayasa ulang pengalaman, merancang keberlanjutan, dan berfokus pada IT yang berorientasi pada hasil,” ujar Rajesh.
Selain itu, Rajesh turut memaparkan aspek tersebut ke dalam poin-poin berikut ini:
1. Menjadikan keamanan siber lebih demokratis
Menurut pwc, “Jumlah pelanggaran keamanan siber yang dialami oleh perusahaan di Asia Pasifik dalam tiga tahun terakhir meningkat secara signifikan. Pada tahun 2023, 35 persen perusahaan melaporkan mengalami kebocoran data dengan kerugian antara 1 hingga 20 juta USD dalam tiga tahun terakhir.”
Berdasarkan fakta tersebut, prioritas utama bagi para penanggung jawab keamanan saat ini adalah pengelolaan risiko keamanan siber di semua level tenaga kerja.
Dalam upaya membuat keamanan siber menjadi lebih demokratis, maka setiap individu dalam perusahaan ikut bertanggung jawab atas pertahanan siber. Hal ini mendatangkan manfaat bagi perusahaan berupa; pengelolaan keamanan yang proaktif, meningkatnya ketahanan siber, menghemat biaya, meningkatnya efisiensi, dan inovasi dalam praktik keamanan.
Namun perusahaan juga harus memastikan bahwa karyawannya mengikuti program keterlibatan keamanan secara berkelanjutan. Mengingat tantangan terbesar dalam upaya ini adalah karyawan yang kurang terampil dan proses yang kurang jelas, oleh sebab itu perusahaan perlu memastikan bahwa karyawan hanya memiliki akses terbatas ke alat dan layanan mandiri.
Baca Juga: Siap Jadi Pusat Ekosistem Digital ASEAN, Menkomdogi Dorong AWS Jadikan RI Prioritas Utama Investasi
2. Model tata kelola yang terdistribusi untuk kepatuhan
Berbagai regulasi dan audit mendorong para penanggung jawab privasi dan kepatuhan untuk menerapkan kerangka kerja kepatuhan terdistribusi untuk memastikan kepatuhan yang menyeluruh. Sejauh ini, perusahaan biasanya mempercayakan kepatuhan kepada tim pusat. Padahal sebenarnya tugas ini melekat pada setiap departemen dalam perusahaan.
Tim kepatuhan pusat bertanggung jawab untuk melaksanakan manajemen program. Mereka harus paham perkembangan di industri dan memetakan kebutuhan yang muncul dari regulasi serta standar yang relevan. Tim ini juga harus memberikan informasi kepada pimpinan tentang pembaruan terkini dan tantangan besar yang dihadapi.
Di sisi lain, pelaksanaan program kepatuhan harus bersifat menyeluruh untuk memberdayakan fungsi bisnis di semua level. Setiap karyawan harus mengikuti pelatihan agar dapat memahami manajemen risiko, mengatasi kegagalan yang ditemukan selama audit, dan menganalisis penyebab masalah.
3. Rekayasa ulang pengalaman
Bagi perusahaan, konsumen dan karyawan adalah aset yang paling berharga. Setiap interaksi yang tercipta dengan manusia maupun mesin sangat penting dalam membentuk pengalaman secara keseluruhan. Pengalaman-pengalaman inilah yang menjadi prioritas strategis bagi pimpinan dalam menentukan nasib perusahaannya.
Kemudahan penggunaan, ketersediaan, konsistensi, bersikap proaktif terhadap perubahan, contactless digital experiences, serta menjaga feedback loop tetap terbuka adalah beberapa harapan dari pengguna yang tidak bisa diabaikan. Pendekatan ini mencakup penataan dan perancangan ulang arsitektur teknologi perusahaan, yang mungkin memiliki masalah skalabilitas dan kompatibilitas, untuk memberikan hasil yang lebih baik.
Selain itu, pendekatan ini juga mencakup pemanfaatan teknologi terbaru seperti AI, menghasilkan wawasan yang dapat ditindaklanjuti dari platform analitik data, dan menyesuaikan sistem kerja untuk meningkatkan keterlibatan karyawan serta kepuasan pelanggan.
Adapun tantangan dari proses ini adalah bagaimana mengatur konteks, seperti ukuran perusahaan dan penurunan produktivitas selama proses perubahan, serta memastikan keamanan IT dan langkah-langkah tersebut tidak menghalangi atau memengaruhi pengalaman pengguna.
4. IT yang berorientasi pada hasil
IT kini menjadi bagian penting bagi para pemimpin perusahaan modern untuk mendukung perkembangan bisnis mereka. Kegagalan dalam layanan yang menyebabkan gangguan operasional dapat berdampak besar pada bisnis.
Oleh sebab itu, para penanggung jawab IT perlu menunjukkan dengan jelas nilai dari investasi IT mereka, jika tidak ingin menghadapi risiko pengurangan anggaran. Salah satu caranya adalah dengan menyelaraskan IT pada efisiensi operasional, kecepatan bisnis, dan opportunity cost.
Di tahun 2025, CIO harus berfokus pada KPI dan metrik yang berdampak langsung dengan hasil bisnis. Misalnya, di industri kesehatan yang selalu berfokus pada pengamanan data dan pengelolaan kepatuhan, adanya metrik yang mampu melacak perilaku dan anomali pengguna, memastikan ketersediaan aset krusial secara terus-menerus, dan memberikan visibilitas ke dalam kerentanan dan insiden krusial yang berisiko tinggi menjadi hal yang paling penting karena mempengaruhi operasi bisnis.
Baca Juga: Ini Strategi OJK Usai Ambil Alih Pengawasan Aset Digital dan Derivatif
5. Meningkatkan penggunaan AI
Banyaknya uji coba yang dilakukan beberapa tahun belakangan, menjadi momen yang krusial bagi AI. Menjelang tahun 2025, perusahaan akan melihat integrasi AI dari sudut pandang peningkatan penggunaannya dan menghasilkan ROI.
Tahun 2025 juga akan menjadi tahun penting bagi pengembangan AI di bidang keamanan siber. Meningkatnya serangan yang lebih canggih dengan menggunakan AI, mungkin tidak lagi dapat diatasi dengan langkah-langkah keamanan biasa. Di sinilah pentingnya berinvestasi pada AI untuk memperkuat pertahanan siber.
Investasi pada AI yang diperkuat kemampuannya juga semakin penting, untuk meningkatkan produktivitas karyawan secara signifikan. Selain itu, kita dapat menantikan lebih banyak Large Language Models (LLM) yang digunakan dalam lingkungan perusahaan. LLM akan dilengkapi dengan agen yang dapat melakukan panggilan API secara real time dan meningkatkan kemampuan generatif mereka.
Untuk mewujudkannya, perusahaan perlu memiliki strategi data yang solid. Termasuk penyelarasan proses yang relevan dan memastikan bahwa proses tersebut selaras dengan strategi. CIO harus memprioritaskan data sovereignty dan data preparation, termasuk pengoperasian data yang dienkripsi, untuk menjamin keberhasilan implementasi AI.
6. Merancang keberlanjutan
Investasi pada unit pemrosesan grafis (Graphics Processing Unit/GPU) meningkat pesat karena perannya dalam melatih deep learning dan mendukung komputasi yang lebih cepat. Namun, tingginya kebutuhan energi dan hasil jejak karbonnya yang besar membutuhkan solusi lebih lanjut.
Rancangan yang berkelanjutan dapat mengurangi kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh teknologi canggih, memenuhi tuntutan pelanggan yang peduli lingkungan, membantu mematuhi standar kepatuhan, dan meningkatkan efisiensi, hal ini menjadi poin pembeda dari kompetitor sekaligus prioritas strategis perusahaan di tahun 2025.
Oleh sebab itu, perusahaan perlu melakukan audit lingkungan internal, meningkatkan investasi untuk mengeksplorasi sumber energi alternatif, dan memperoleh kredit karbon. Langkah-langkah ini dapat membantu perusahaan untuk memperkuat posisi bisnis, memperoleh keunggulan kompetitif, dan meningkatkan efisiensi operasional dalam ekosistem digital yang terus berubah.
Dengan terus mengikuti perkembangan teknologi yang transformatif, perusahaan-perusahaan di Asia Tenggara akan mampu mendorong pertumbuhan bisnis secara aman dan berkelanjutan, di 2025 dan tahun-tahun yang akan datang.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement