Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ketahanan Energi Kunci Utama Capai Ketahanan Pangan dan Hilirisasi

Ketahanan Energi Kunci Utama Capai Ketahanan Pangan dan Hilirisasi Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot menyampaikan pentingnya ketahanan energi bagi ketahanan pangan dan hilirisasi, yang menjadi prioritas kebijakan Pemerintah saat ini.

Menurut Yuliot, ketahanan energi merupakan kunci utama untuk mencapai ketahanan pangan dan hilirisasi, karena tanpa pasokan energi yang stabil, upaya mewujudkan ketahanan di sektor lain sulit tercapai.

Baca Juga: Soal Menu MBG Belum Matang, Kepala BGN Jelaskan Penyebabnya

Hal tersebut dikatakannya pada acara Rapat Kerja Nasional Asosiasi Pemasok Energi, Batubara, dan Mineral Indonesia (Aspebindo) di Jakarta, Kamis (27/2/2025).

"Ketahanan energi merupakan bagian dari ketahanan nasional yang tertuang dalam Asta Cita. Ketahanan energi dapat memberikan manfaat besar bagi perekonomian nasional. Tanpa ketahanan energi, ketahanan di sektor lain tidak dapat terwujud. Pangan, misalnya, masih memerlukan energi, begitu juga dengan hilirisasi yang menjadi prioritas Pemerintah untuk pembangunan berkelanjutan," ujar Yuliot, dikutip dari siaran pers Kementerian ESDM, Sabtu (1/3).

Menurutnya, ketahanan energi dapat dicapai dengan menyeimbangkan pasokan dan kebutuhan energi nasional. Pada 2024, kebutuhan minyak dalam negeri mencapai 532 juta barel per tahun, sementara produksi nasional hanya 212 juta barel. 

Untuk menutupi kekurangan ini, Pemerintah perlu mengimpor 313 juta barel per tahun, terdiri atas 112 juta barel minyak mentah dan 201 juta barel bahan bakar minyak (BBM).

"Defisit ini menyebabkan kehilangan devisa negara sebesar Rp523 triliun. Oleh karena itu, diperlukan langkah-langkah strategis untuk mengurangi impor dan meningkatkan produksi dalam negeri, antara lain dengan mengoptimalkan produksi melalui pemanfaatan teknologi, reaktivasi sumur idle, serta eksplorasi potensi migas di Indonesia Timur yang hingga kini belum tereksplorasi secara optimal," jelas Yuliot.

Ia menambahkan bahwa produksi minyak nasional dapat ditingkatkan dengan mengaktifkan kembali sumur idle yang masih menyimpan potensi hidrokarbon. Saat ini, terdapat 16.990 sumur idle, dan 4.457 di antaranya berpotensi direaktivasi untuk mendukung peningkatan produksi minyak Indonesia.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Editor: Ulya Hajar Dzakiah Yahya

Advertisement

Bagikan Artikel: