Cara Ray Dalio Beli Saham Pertama dan Kisah Suksesnya dari Caddy hingga Jadi Orang Terkaya ke-80 Dunia

Raymond Thomas Dalio, atau yang lebih dikenal sebagai Ray Dalio, lahir pada 8 Agustus 1949 di Jackson Heights, Queens, New York, dan dibesarkan di lingkungan kelas menengah di Long Island. Ayahnya adalah seorang musisi jazz, sementara ibunya adalah seorang ibu rumah tangga. Meskipun berasal dari latar belakang yang sederhana, Dalio telah menunjukkan minat yang besar terhadap dunia keuangan sejak usia muda. Pada usia 12 tahun, ia mulai bekerja sebagai pengantar golf (caddy) di lapangan golf lokal. Saat itu, pasar saham sedang booming, dan topik investasi sering menjadi pembicaraan hangat di antara para pemain golf. Hal ini memicu ketertarikannya pada dunia keuangan.
Dari uang yang ia peroleh sebagai caddy, Dalio membeli saham pertamanya, yaitu saham Northeast Airlines. Ia memilih saham ini karena harganya yang terjangkau, kurang dari $5 per saham. Meskipun ia kemudian mengakui bahwa keputusan ini tidak didasarkan pada analisis yang mendalam, keberuntungan berpihak padanya. Nilai saham tersebut melonjak tiga kali lipat karena akuisisi perusahaan. Keberhasilan awal ini menjadi titik awal bagi Dalio untuk terjun ke dunia investasi seumur hidup.
Meskipun memiliki minat yang besar terhadap keuangan, Dalio tidak terlalu menonjol dalam bidang akademis selama sekolah menengah. Nilai rata-ratanya yang hanya C hampir membuatnya tidak diterima di Long Island University’s C.W. Post College. Namun, ia akhirnya diterima dengan status percobaan. Di perguruan tinggi, Dalio menemukan passion-nya dalam bidang keuangan dan berhasil meraih prestasi akademis yang luar biasa. Ia lulus sebagai lulusan terbaik pada tahun 1971 dan kemudian melanjutkan pendidikannya ke Harvard Business School, di mana ia meraih gelar MBA pada tahun 1973.
Setelah lulus dari Harvard, Dalio bekerja di beberapa perusahaan keuangan ternama, termasuk Merrill Lynch. Namun, ambisinya tidak berhenti di sana. Pada tahun 1975, ia mendirikan perusahaannya sendiri, Bridgewater Associates, yang awalnya dioperasikan dari apartemennya di New York City. Awalnya, Bridgewater Associates fokus pada konsultasi dan penelitian investasi. Namun, pada tahun 1980-an, perusahaan ini mulai mengelola dana investasi untuk klien institusional. Seiring waktu, Bridgewater Associates berkembang menjadi salah satu perusahaan hedge fund terbesar di dunia, dengan total aset yang dikelola mencapai sekitar US$125 miliar pada tahun 2023.
Bridgewater Associates dikenal dengan pendekatan investasinya yang unik, yang didasarkan pada analisis data dan prinsip-prinsip ekonomi. Salah satu strategi investasi yang terkenal dari perusahaan ini adalah "all weather portfolio," yang dirancang untuk menghasilkan keuntungan dalam berbagai kondisi pasar. Keberhasilan Dalio dalam mengelola risiko dan diversifikasi investasi terbukti pada tahun 1987, ketika terjadi gejolak pasar saham. Saat itu, Bridgewater berhasil meraih keuntungan besar berkat strategi manajemen risiko yang efektif.
Selain kesuksesannya di dunia investasi, Ray Dalio juga dikenal karena prinsip-prinsip hidup dan investasinya yang tertuang dalam buku berjudul Principles: Life and Work. Buku ini menjadi panduan bagi banyak orang, baik dalam bisnis maupun kehidupan pribadi. Dalio juga menulis buku lain yang sangat berpengaruh, seperti Principles for Dealing with the Changing World Order. Ia dikenal karena filosofi investasinya yang transparan dan berbasis prinsip.
Pada tahun 2017, Dalio memutuskan untuk melepaskan posisi CEO Bridgewater Associates dan menyerahkan mayoritas kontrol perusahaan kepada dewan direksi. Meskipun demikian, ia tetap aktif dalam kegiatan filantropi, terutama di bidang pendidikan dan penelitian. Dalio percaya bahwa pendidikan dan penelitian adalah kunci untuk menciptakan perubahan positif dalam masyarakat.
Pada tahun 2023, menurut Forbes, Dalio memiliki kekayaan senilai $19,1 miliar yang menjadikannya orang terkaya ke-80 di dunia. Langkahnya pensiun dari Bridgewater Associates, yang mengelola dana pensiun dan dana publik senilai sekitar $125 miliar, disebut tetap membuat untung miliaran dolar karena bakal mendapat kompensasi berupa dividen.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement