Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bioavtur dari Minyak Jelantah Pertamina Mulai Produksi di Kuartal II 2025

Bioavtur dari Minyak Jelantah Pertamina Mulai Produksi di Kuartal II 2025 Kredit Foto: KPI
Warta Ekonomi, Jakarta -

PT Kilang Pertamina Internasional (KPI), subholding Refining and Petrochemical Pertamina, akan memulai uji coba produksi bioavtur berbahan baku minyak jelantah (used cooking oil) pada kuartal II 2025.

Uji coba ini akan dilakukan di Kilang Cilacap, Jawa Tengah, dengan target produksi awal 9.000 barel per hari. Langkah ini menjadi bagian dari strategi Pertamina dalam mengembangkan bahan bakar ramah lingkungan untuk sektor penerbangan.

Direktur Utama KPI, Taufik Aditiyawarman, mengatakan produksi bioavtur ini dapat menjadi solusi bagi maskapai penerbangan yang harus memenuhi standar energi bersih.

"Kilang Cilacap bisa memproses used cooking oil 9.000 barrel per hari," ujar Taufik dalam diskusi bersama media di Jakarta, Rabu (19/3/2025).

Baca Juga: Pakar IPB Apresiasi Inovasi Pertamina dalam Mengubah Minyak Jelantah Jadi Bioavtur

Produksi bioavtur ini menggunakan metode coprocessing, dengan campuran 3% minyak jelantah dalam setiap produksi harian. Untuk mencapai target 9.000 barel avtur per hari, dibutuhkan sekitar 270 barel minyak jelantah sebagai bahan baku.

"KPI telah menyiapkan kerja sama dengan berbagai kolektor minyak jelantah guna memastikan ketersediaan bahan baku," ujarnya. KPI juga menjalin sinergi dengan Pertamina Patra Niaga untuk memperoleh pasokan minyak jelantah.

Bioavtur ini ditargetkan mampu memenuhi kebutuhan penerbangan internasional, yang sudah menerapkan kebijakan bahan bakar ramah lingkungan. Negara seperti Singapura dan Malaysia telah mewajibkan maskapai menggunakan 1% bahan bakar berkelanjutan dalam operasionalnya.

Dengan produksi bioavtur ini, maskapai yang transit di Indonesia dapat mengisi ulang bahan bakar sesuai regulasi negara tujuan.

Sebelum digunakan, bioavtur berbahan minyak jelantah ini akan menjalani serangkaian uji coba, termasuk uji statis dan uji terbang, untuk memastikan kualitas dan performanya.

Pada tahap awal, Pelita Air akan menjadi maskapai pertama yang menggunakan bioavtur dari minyak jelantah ini. Sebelumnya, uji coba serupa telah dilakukan dengan campuran 2,4% menggunakan bahan baku refined bleached deodorized palm kernel oil (RBDPKO).

Kilang Cilacap menjadi lokasi pertama produksi bioavtur berbahan minyak jelantah. Jika ekosistem bisnisnya berjalan secara berkelanjutan, maka Kilang Plaju dan Kilang Dumai bisa menjadi opsi produksi selanjutnya. Dengan tambahan fasilitas ini, kapasitas produksi bioavtur akan meningkat, sehingga pemanfaatannya di Indonesia semakin luas.

Baca Juga: KPI Berhasil Pangkas Emisi Karbon 430 Ribu Ton, Ini Strateginya!

Dalam proyek ini, Pertamina tidak perlu banyak investasi baru karena teknologi coprocessing yang digunakan telah tersedia di kilang.

"Skema kemitraan strategis dengan kolektor minyak jelantah dan pelaku pasar sedang dijajaki untuk mendukung kelangsungan proyek ini," ujar Taufik.

Pengembangan bioavtur ini sejalan dengan target pemerintah dalam transisi energi hijau di sektor transportasi udara. Produksi bahan bakar berkelanjutan ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil serta meningkatkan daya saing industri penerbangan nasional di kancah global.

Baca Juga: Mengenal Minyak Sawit, Minyak Nabati Paling Produktif di Dunia

Baca Juga: Perkebunan Sawit Bukan Penyebab Terjadinya Pemanasan Global

Dengan uji coba produksi yang dimulai pada kuartal II 2025, KPI optimistis bahwa bioavtur dari minyak jelantahakan menjadi alternatif bahan bakar pesawat yang lebih ramah lingkungan. Langkah ini juga menjadi bukti komitmen Pertamina dalam mendukung keberlanjutan energi dan inovasi industri penerbangan di Indonesia.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Annisa Nurfitri

Advertisement

Bagikan Artikel: