Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pakar IPB Apresiasi Inovasi Pertamina dalam Mengubah Minyak Jelantah Jadi Bioavtur

Pakar IPB Apresiasi Inovasi Pertamina dalam Mengubah Minyak Jelantah Jadi Bioavtur Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pakar ekonomi lingkungan dari IPB University, Aceng Hidayat, memberikan apresiasi tinggi terhadap program pengembangan bahan bakar ramah lingkungan dari minyak jelantah yang diinisiasi oleh Pertamina. Menurut Aceng, program ini merupakan terobosan luar biasa yang tidak hanya mendukung upaya pemerintah dalam pengembangan energi alternatif, tetapi juga memiliki dampak positif bagi lingkungan.

"Saya apresiasi program yang luar biasa ini. Pertamina selalu menginisiasi pengembangan energi alternatif. Ini sangat mendukung program Pemerintah, termasuk menjelang 100 hari kerja," ujar Aceng dalam pernyataannya kepada media, Jumat (19/1/2025).

Aceng menjelaskan bahwa pengolahan minyak jelantah menjadi Sustainable Aviation Fuel (SAF) atau bioavtur oleh Pertamina dapat menjadi solusi penting di tengah tantangan lingkungan yang dihadapi Indonesia. Selain membantu mengurangi pencemaran, program ini juga mendukung upaya pemerintah untuk mewujudkan swasembada energi.

Baca Juga: Pertamina Manfaatkan Digital Hub untuk Kelola 15 Juta Transaksi BBM per Hari

"Jelantah merupakan limbah yang selama ini tidak teratasi. Seringkali, bahan pencemar tersebut dibuang ke saluran air. Jadi penggunaan jelantah sebagai bahan bakar merupakan solusi lingkungan," ujar Aceng.

Lebih lanjut, Aceng menekankan bahwa program pemanfaatan minyak jelantah ini juga sangat mendukung pencapaian swasembada energi. “Upaya swasembada energi, terutama yang melibatkan energi terbarukan, harus melibatkan pencarian sumber-sumber baru. Minyak jelantah adalah salah satu solusi yang sangat mendukung tujuan tersebut,” lanjutnya.

Menurut Aceng, minyak jelantah memiliki potensi yang sangat besar. Sumbernya tidak hanya berasal dari rumah tangga dan UKM, namun beberapa industri juga menghasilkan limbah tersebut. "Sumbernya berlimpah, potensinya luar biasa. Masyarakat Indonesia sangat senang dengan makanan gorengan, jadi bahan baku energi ini tidak akan kekurangan. Kalau bisa dihimpun, ini menjadi energi alternatif yang memberikan dampak luar biasa," tambahnya.

Aceng juga menyampaikan bahwa penelitian dari International Council on Clean Transportation (ICCT) menunjukkan potensi penggunaan minyak jelantah di Indonesia yang bisa menghasilkan 33,2 juta kiloliter bioavtur, yang jumlahnya tiga kali lipat dari kebutuhan bahan bakar pesawat domestik.

Baca Juga: Wujudkan Swasembada Energi, Pertamina Gencar Kembangkan Bioavtur dari Minyak Jelantah

"Dari data tersebut, sumbernya memang sangat melimpah. Sangat potensial," kata Aceng. Menanggapi pertanyaan apakah program ini bisa mengurangi impor bahan bakar minyak (BBM), Aceng dengan tegas mengatakan, "Ya, tentu saja bisa."

Pertamina sendiri telah bekerja sama dengan Noovoleum, sebuah perusahaan yang tersertifikasi internasional untuk mengumpulkan minyak jelantah. Melalui kerja sama ini, Pertamina menjalankan program Green Movement UCO, sebuah pilot project dalam pengumpulan minyak jelantah dari masyarakat. Masyarakat dapat menyerahkan minyak jelantah ke UCollect Box dan mendapatkan rewards berupa saldo e-wallet UCollect, yang besarnya akan fluktuatif mengikuti harga minyak jelantah di pasaran. Saat ini, harga minyak jelantah per liter berada di kisaran Rp6.000, dengan harga yang diperbarui setiap hari melalui aplikasi MyPertamina.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Advertisement

Bagikan Artikel: