Myopia Pemasaran di Industri Asuransi Indonesia
Oleh: Azuarini Diah P. M.M., CWMA (Wakil Ketua Umum KUPASI) dan Dr. Shine Pintor S. Patiro., S.T., M.M. (Dosen Magister Manajemen Universitas Terbuka)

Myopia pemasaran, istilah yang diciptakan oleh Theodore Levitt, mengacu pada pendekatan pemasaran yang pendek dan berfokus ke dalam yang lebih menekankan pada kebutuhan langsung perusahaan daripada kebutuhan dan keinginan jangka panjang pelanggan.
Fenomena ini dapat menyebabkan peluang yang terlewatkan dan stagnasi, terutama di industri dinamis seperti asuransi. Di Indonesia, industri asuransi mengalami pertumbuhan yang signifikan, tetapi tidak kebal terhadap jebakan myopia pemasaran.
Industri asuransi Indonesia diproyeksikan mengalami pertumbuhan yang substansial, dengan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) sebesar 8,1% dari 2023 hingga 2027. Pertumbuhan ini didorong oleh faktor-faktor seperti kelas menengah yang berkembang, peningkatan kesadaran akan pentingnya asuransi, dan upaya pemerintah untuk mempromosikan inklusi keuangan. Meskipun tren positif ini muncul, namun industri ini menghadapi tantangan, termasuk tingkat penetrasi asuransi yang rendah dan kebutuhan akan literasi keuangan yang lebih besar.
Contoh Myopia Pemasaran Asuransi
Berikut beberapa contoh Myopia Pemasaran di Industri Asuransi Indonesia.
Penekanan Berlebihan pada Fitur Produk
Banyak perusahaan asuransi di Indonesia yang terlalu fokus pada fitur produk mereka daripada memahami dan memenuhi kebutuhan sebenarnya dari pelanggan mereka. Misalnya, perusahaan mungkin mempromosikan produk asuransi yang kompleks dengan banyak manfaat, tetapi gagal mengkomunikasikan bagaimana produk tersebut menyelesaikan masalah spesifik pelanggan. Hal ini dapat menyebabkan kebingungan pelanggan dan tingkat adopsi yang rendah.
Mengabaikan Hubungan Pelanggan
Masalah umum lainnya adalah kurangnya penekanan pada membangun hubungan jangka panjang dengan pelanggan. Perusahaan asuransi sering kali memprioritaskan penjualanÂ
langsung daripada kepuasan dan retensi pelanggan. Fokus jangka pendek ini dapat mengakibatkan tingkat churn pelanggan yang tinggi dan reputasi negatif di pasar.
Mengabaikan Riset Pasar
Beberapa penyedia asuransi di Indonesia tidak berinvestasi secara memadai dalam riset pasar untuk memahami preferensi pelanggan yang berubah dan tren pasar. Hal ini dapat menyebabkan pengembangan produk yang tidak sesuai dengan kebutuhan pelanggan dan permintaan pasar, yang pada akhirnya menghasilkan kinerja penjualan yang buruk.
Bagaimana Mengatasi Myopia Pemasaran?
Untuk mengatasi myopia pemasaran, perusahaan asuransi di Indonesia perlu mengadopsi pendekatan yang lebih berpusat pada pelanggan. Berikut adalah beberapa strategi yang dapat dilakukan oleh perusahaan asuransi:
Investasi dalam Riset Pasar
Lakukan riset pasar secara teratur untuk tetap mendapatkan informasi tentang kebutuhan, preferensi, dan tren yang muncul dari pelanggan. Ini akan membantu dalam mengembangkan produk yang relevan dan menarik bagi pelanggan.
Fokus pada Hubungan Pelanggan
Alihkan fokus dari penjualan langsung ke membangun hubungan jangka panjang dengan pelanggan. Hal ini dapat dicapai melalui komunikasi yang dipersonalisasi, layanan pelanggan yang luar biasa, dan program loyalitas.
Edukasi Pelanggan
Tingkatkan upaya untuk mendidik pelanggan tentang pentingnya asuransi dan bagaimana produk yang berbeda dapat memenuhi kebutuhan mereka. Ini dapat dilakukan melalui kampanye pemasaran yang ditargetkan, lokakarya, dan kemitraan dengan program literasi keuangan.
Inovasi Berkelanjutan
Tetap di depan persaingan dengan terus berinovasi dan beradaptasi dengan perubahan pasar. Ini termasuk mengembangkan produk baru, memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan pengalaman pelanggan, dan menjelajahi saluran distribusi baru.
Pada era maraknya pemasaran digital, untuk mengatasi myopia pemasaran, perusahaan asuransi di Indonesia dapat memanfaatkan strategi pemasaran digital untuk lebih memahami dan memenuhi kebutuhan pelanggan. Berikut adalah beberapa pendekatan yang efektif:
Optimisasi Mesin Pencari (SEO)
Dengan mengoptimalkan situs web mereka untuk mesin pencari, perusahaan asuransi dapat meningkatkan visibilitas mereka dan menarik lebih banyak calon pelanggan. Ini melibatkan penggunaan kata kunci yang relevan, membuat konten berkualitas tinggi, dan memastikan desain situs web yang ramah pengguna.
Pemasaran Media Sosial
Platform media sosial menawarkan cara yang kuat untuk berinteraksi dengan pelanggan dan membangun kesadaran merek. Perusahaan asuransi dapat menggunakan platform ini untuk berbagi konten informatif, merespons pertanyaan pelanggan, dan menjalankan kampanye iklan yang ditargetkan.
Pemasaran Konten
Membuat konten yang berharga dan informatif dapat membantu mendidik pelanggan tentang pentingnya asuransi dan manfaat dari berbagai produk. Ini dapat mencakup posting blog, video, infografis, dan webinar.
Pemasaran Seluler
Dengan meningkatnya penggunaan smartphone, pemasaran seluler sangat penting untuk menjangkau audiens yang lebih luas. Perusahaan asuransi dapat mengembangkan situs web yang ramah seluler, aplikasi, dan kampanye pemasaran SMS untuk berinteraksi dengan pelanggan di perangkat pilihan mereka.
Pemasaran Video
Video adalah cara yang efektif untuk menarik perhatian dan menyampaikan informasi kompleks dalam format yang mudah dicerna. Perusahaan asuransi dapat membuat video penjelasan, testimonial pelanggan, dan konten edukatif untuk menyoroti produk dan layanan mereka.
Myopia pemasaran dapat menghambat pertumbuhan dan kesuksesan perusahaan asuransi di Indonesia. Dengan mengadopsi pendekatan yang berpusat pada pelanggan dan fokus pada tujuan jangka panjang, perusahaan dapat lebih memenuhi kebutuhan pelanggan mereka dan memanfaatkan peluang pertumbuhan di pasar. Mengatasi myopia pemasaran bukan hanya tentang menghindari jebakan; ini tentang membangun bisnis yang berkelanjutan dan berfokus pada pelanggan yang dapat berkembang dalam lanskap yang kompetitif. Selain itu, hal ini juga bertujuan untuk memposisikan perusahaan pada kesuksesan jangka panjang di pasar yang kompetitif.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement