JPMorgan Ungkap Investasi Terbaik Menyusul Ancaman Stagflasi di AS

Raksasa Perbankan Global, JPMorgan menyatakan bahwa resiko stagflasi lebih tinggi dibandingkan risiko resesi di Amerika Serikat (AS). Hal ini menyusul perang dagang dari negara tersebut dengan China.
Survei JPMorgan menyebutkan bahwa pasar tengah khawatir dengan dampak kebijakan yang diambil oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Ekonomi terancam mandek.
Baca Juga: Bank Dunia Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Jadi 4,8 Persen
"Tiga dari lima responden percaya bahwa pertumbuhan ekonomi akan mandek dan inflasi akan tetap berada di atas target 2% Federal Reserve (The Fed). Satu dari lima responden memperkirakan inflasi akan melebihi 3,5%," ungkap JPMorgan, dilansir dari Reuters, Senin (28/4).
Terdapat juga konsensus terkait pelemahan dolar. Pasar memperkirakan nilai tukar euro akan berada dalam kisaran dari US$1,11 di 2025. Hal tersebut berarti penurunan sekitar 8% untuk dolar AS.
"Pertemuan kami menarik perhatian karena adanya perbedaan pandangan yang mencolok antara investor lokal dan investor global mengenai konsekuensi serta implikasi pasar dari perubahan rezim di Amerika Serikat," jelas JPMorgan.
Cash atau uang tunai juga diperkirakan akan tetap menjadi instrumen investasi yang menarik, karena imbal hasil obligasi tenor sepuluh tahun diproyeksikan tidak akan turun jauh dari level saat ini di AS. Lebih dari separuh responden memperkirakan imbal hasil acuan ini akan berada di 4,25% atau lebih tinggi pada akhir 2025.
Adapun JPMorgan mengatakan bahwa survei ini dilakukan pada 1–24 April 2025. 495 investor setidaknya terlibat sebagai responden.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement