- Home
- /
- EkBis
- /
- Agribisnis
Harga Gabah Terus Naik, Bulog Pastikan Petani Diuntungkan dalam Skema Penyerapan
Kredit Foto: Antara/Muhammad Izfaldi
Perum Bulog menegaskan komitmennya untuk terus berpihak pada petani dalam strategi penyerapan gabah tahun 2025. Meskipun harga gabah terus meningkat, Bulog memastikan akan membeli hasil panen petani dengan harga kompetitif, sesuai ketentuan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) yakni Rp6.500 per kilogram.
Direktur Utama Bulog, Mayjen TNI Novi Helmy Prasetya, menegaskan bahwa Bulog tidak akan membeli gabah di bawah harga HPP. "Kami hadir untuk memastikan petani tidak dirugikan. Kalau harga naik, kami dukung. Kami tidak hanya sebagai pembeli, tapi juga bagian dari ekosistem yang menjaga keseimbangan,” ujar Novi dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VI DPR RI, Selasa (29/4/2025).
Baca Juga: Bulog Serap 1 Juta Ton Gabah Petani, Stok Beras Tembus 2,5 Juta Ton
Hingga April 2025, realisasi pengadaan gabah oleh Bulog telah mencapai lebih dari 2 juta ton atau setara 57% dari target nasional sebesar 3 juta ton beras. Ini menjadi rekor serapan tertinggi sejak Bulog berdiri pada 1967. Capaian tersebut didukung oleh kerja sama dengan Kementerian Pertanian, TNI, Polri, dan jaringan penggilingan padi di seluruh Indonesia.
Harga gabah yang naik hingga Rp6.700 per kilogram di beberapa wilayah justru dilihat Bulog sebagai peluang untuk meningkatkan kesejahteraan petani. “Ketika harga tinggi, artinya petani tersenyum. Kami senang bisa menyerap gabah mereka di atas HPP. Ini bentuk nyata keberpihakan negara,” tambah Novi.
Baca Juga: Bulog Catat Rekor Penyerapan Beras Tertinggi, Pemerintah Pastikan Petani Dapat Harga Layak
Komisi VI DPR RI memberi apresiasi atas fleksibilitas Bulog dalam menjaga harga gabah tetap menguntungkan bagi petani. DPR juga mendorong penguatan sistem pengeringan dan kapasitas gudang agar kualitas serapan tetap terjaga.
Meski begitu, tantangan masih ada, termasuk kebutuhan modernisasi logistik dan sistem distribusi. Ketahanan pangan, ditegaskan bersama, tak hanya soal ketersediaan, tapi juga nilai tambah yang kembali ke petani. “Inilah momentum emas untuk memperkuat fondasi pangan nasional dengan petani berada di jantungnya,” tutup Novi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Annisa Nurfitri
Advertisement