Ekonom Sarankan Perlu Evaluasi Mendalam: Program 3 Juta Rumah, MBG, Koperasi Merah Putih

Ekonom Handi Risza Idris mengatakan dampak perang dagang internasional khususnya proteksionisme Amerika Serikat, telah meningkatkan ketidakpastian ekonomi dunia.
"Tentu memperlambat konsumsi global, dan menunda investasi korporasi. Tapi ada peluang baru dari kebijakan tarif terhadap produk asal China, Vietnam, dan Bangladesh," kata Handi.
Namun, di tengah peluang tersebut, Handi menilai fundamental ekonomi Indonesia saat ini cukup rapuh.
"Utang negara yang mencapai Rp8.000 triliun, menurunnya daya saing, deindustrialisasi, serta lemahnya produktivitas dan kualitas SDM, membuat Indonesia dikategorikan sebagai negara berisiko ekonomi tinggi" ujarnya.
Apalagi, tambah Wakil Rektor Universitas Paramadina tersebut, kebutuhan pembiayaan utang pada 2025 dan 2026 masing-masing mencapai Rp800 triliun.
Dalam enam bulan pertama pemerintahan baru, menurut Handi, belum terlihat rencana konkret yang realistis dan rasional.
Ia menekankan pentingnya evaluasi mendalam terhadap program-program unggulan seperti pembangunan 3 juta rumah per tahun, makan bergizi gratis untuk 83 juta siswa, Koperasi Merah Putih, serta Program Danantara.
Handi menegaskan, untuk memperkuat fondasi ekonomi nasional, pemerintahan Presiden Prabowo Subianto perlu fokus pada tiga langkah utama: memperbaiki komunikasi kebijakan, memperkuat teknokrasi pemerintahan, dan meningkatkan kapasitas eksekusi di lapangan.
"Kita butuh langkah nyata, bukan hanya program ambisius. Pemerintah harus membangun fondasi ekonomi yang kokoh agar Indonesia mampu keluar dari jebakan risiko tinggi dan mencapai pertumbuhan berkelanjutan" tutup Handi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Advertisement