Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pasar Saham RI Menguat, Namun Investor Diminta Tetap Hati-hati

Pasar Saham RI Menguat, Namun Investor Diminta Tetap Hati-hati Kredit Foto: BEI
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pasar saham Indonesia mencatat kinerja impresif sepanjang April 2025, dengan indeks harga saham gabungan (IHSG) menguat hingga 14% sejak titik terendah awal bulan. Sentimen positif datang dari arus masuk dana asing dan penguatan bursa global, khususnya Wall Street.

Chief Economist & Head of Research Mirae Asset Sekuritas, Rully Arya Wisnubroto, mengatakan bahwa indeks mencatat kenaikan 3,9% selama April, dan arus masuk asing mencapai Rp300 miliar hanya dalam tiga hari terakhir.

"Sejak level terendah di awal April, indeks sudah naik lebih dari 14 persen. Ini menunjukkan adanya optimisme pelaku pasar, terutama setelah data ketenagakerjaan AS menunjukkan penambahan 177 ribu pekerjaan, jauh di atas ekspektasi," ujar Rully, Senin (5/5/2025).

Baca Juga: IHSG Hari Ini Ditutup dengan Apresiasi 0,24% ke 6.831, MBMA, INKP dan KLBF Top Gainers LQ45

Ia mencatat, saham-saham unggulan seperti PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dan Indosat Ooredoo Hutchison Tbk (ISAT) menjadi motor penggerak penguatan indeks. ANTM tercatat menguat hampir 11 persen, sementara ISAT sekitar 9 persen.

Namun demikian, Rully mengingatkan agar investor tetap berhati-hati. Ia menilai penguatan pasar terjadi lebih cepat dari kondisi fundamental ekonomi domestik yang belum sepenuhnya pulih.

"PMI manufaktur masih stagnan, fiskal mengalami tekanan karena penerimaan negara turun. Ini artinya euforia pasar tidak sepenuhnya ditopang oleh data ekonomi," ujarnya.

Dalam situasi ini, ia menyarankan investor untuk selektif, dengan fokus pada saham berbasis komoditas seperti emas. “Harga emas dunia diperkirakan tetap tinggi di atas USD 3.000 per ons, karena ketidakpastian geopolitik dan ekonomi global. Kami tetap mempertahankan Antam sebagai salah satu rekomendasi utama,” jelas Rully.

Baca Juga: Cek! 10 Saham dengan Penurunan Terdalam Selama Sepekan, Ada SMIL hingga MYOR

Di sisi pasar obligasi, meskipun terdapat tekanan dari sisi fiskal, minat investor asing tetap tinggi terhadap Surat Berharga Negara (SBN) jangka panjang. Imbal hasil obligasi 10 tahun sudah turun ke level 0,88 persen.

Meski demikian, Rully menyarankan pengurangan porsi investasi di obligasi seiring ketidakpastian global yang masih membayangi. Ia juga menegaskan pentingnya menjaga eksposur pada aset lindung nilai.

“Kami melihat ke depan akan terjadi normalisasi pasar. Jadi lebih baik investor mengurangi eksposur di saham dan obligasi, sambil memperkuat portofolio aset pelindung seperti emas,” pungkasnya.

 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Annisa Nurfitri

Advertisement

Bagikan Artikel: