Kredit Foto: Bio Farma
Setelah sempat berjaya sebagai garda terdepan dalam penyediaan vaksin COVID-19, PT Bio Farma (Persero) kini harus menghadapi tekanan keuangan yang berat. Pendapatan Bio Farma mencapai puncaknya pada masa pandemi, dari Rp14,3 triliun di tahun 2020, pendapatan melonjak menjadi Rp43,46 triliun saat permintaan vaksin COVID-19 memuncak.
Namun, tren tersebut tidak berlanjut seiring meredanya pandemi. Pendapatan perusahaan pelat merah itu anjlok menjadi Rp21 triliun pada 2022, dan terus turun ke Rp15,23 triliun pada 2023. Untuk tahun 2024, pendapatan tercatat sedikit naik menjadi Rp15,71 triliun (unaudited).
“Dan tahun 2023 ini adalah masa-masa yang tidak mudah buat kami. Sehingga secara grup kami harus suffer dengan minus Rp2,04 triliun,” ungkap Direktur Utama Bio Farma, Shadiq Akasya, saat rapat dengan Komisi VI DPR RI, Kamis (8/5/2025).
Baca Juga: Bio Farma Catat Rugi Rp1,16 Triliun pada 2024, Mulai Tunjukkan Pemulihan di Awal 2025
Tekanan juga terjadi pada sisi EBITDA. Di tahun 2023, EBITDA Bio Farma tercatat minus Rp470 miliar. Namun, di tahun 2024, angkanya turun tajam menjadi minus Rp190 miliar. Shadiq menyebut kondisi tersebut sebagai periode sulit bagi perusahaan. “Secara EBITDA, memang kami masih suffer,” ungkapnya.
Baca Juga: Kejari Bandung Periksa Mantan Dirut Bio Farma Honesti Basyir
Menurut Shadiq, kerugian di 2023 bukan semata disebabkan oleh operasional, tetapi karena beban-beban sisa pandemi yang belum tuntas. Ia menyebut impairment aset, persediaan produk yang kadaluarsa, serta penyesuaian rantai pasok menjadi beban utama perusahaan.
“Kondisi-kondisi ini memang di masing-masing kejadian pada saat COVID era. Dengan adanya peralihan, kemudian pemulihan pada saat setelah COVID itu ada beberapa yang menjadi beban-beban perusahaan,” jelas Shadiq.
Bio Farma pun mencatat kerugian bersih sebesar Rp1,16 triliun secara grup (unaudited) sepanjang tahun 2024. Kerugian ini menunjukkan perbaikan signifikan dibandingkan rugi Rp2,04 triliun pada 2023.
Ia berharap kebijakan terbaru dari pemerintah luar negeri, seperti mewajibkannya vaksin COVID-19 untuk jemaah haji oleh Pemerintah Arab Saudi, dapat membantu mengurangi stok vaksin yang masih tersisa.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait:
Advertisement