Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Rencana penggabungan usaha (merger) antara PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) dan Grab kembali mencuat dan menuai sorotan dari para pengamat ekonomi digital. Penggabungan dua raksasa teknologi ini dinilai dapat menimbulkan dampak, terutama bagi konsumen dan struktur persaingan usaha dalam negeri.
Nailul Huda, pengamat ekonomi digital dari Center of Economic and Law Studies (CELIOS), mempertanyakan urgensi dari aksi korporasi tersebut. Ia menyebut bahwa merger idealnya dilakukan atas dasar kebutuhan strategis, seperti peningkatan valuasi atau efisiensi operasional, bukan sekadar ekspansi.
"Kalau merger kan selalu ada kebutuhan ya. Kebutuhannya apa sih? Dulu dua unicorn kita merger karena mau menambah valuasinya. Nah ini yang kita lihat motifnya apa? Kalau merger gimana?" ujar Nailul.
Baca Juga: Respons Isu Merger dengan Grab, GOTO Akui Dapat Banyak Tawaran
Nada serupa dilontarkan Piter Abdullah, pengamat ekonomi dari Segara Institute. Ia menilai merger justru berisiko memperbesar dominasi pemain asing di industri teknologi digital nasional. Dari empat pemain besar di sektor ini, menurut Piter, hanya satu yang bisa disebut sebagai pemain lokal.
“Dari empat pemain besar itu, satu kita anggap sebagai pemain lokal, tiga itu asing. Dan asing ini dia menguasai pasar global. Yang lokal ini baru nyoba nyeberang, itu pun balik lagi. Ini harus diperhatikan benar. Jadi kalau kita bicara tentang pasar, ada kecenderungan (pemain asing ini) untuk menguasai pasar dengan berbagai cara. Dan di sini pemerintah harus menjaga posisinya sebagai wasit,” kata Piter.
Baca Juga: Heboh Lagi Isu Merger dengan Grab, Manajemen GOTO Bilang Begini
Ia menambahkan bahwa penggabungan dua perusahaan umumnya dilakukan untuk memperluas ekosistem atau lini usaha. Namun, dalam kasus ini, GoTo dan Grab justru beroperasi di bidang yang serupa, sehingga merger dapat memperkuat oligopoli dan melemahkan kompetisi sehat.
Piter menegaskan perlunya intervensi dan pengawasan aktif dari pemerintah agar pasar digital tetap adil dan tidak timpang akibat dominasi satu atau dua entitas raksasa.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait:
Advertisement