Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Study Daewoong Fexuprazan Tunjukkan Peredaan Gejala GERD: Lebih Cepat dan Aman untuk Pasien di Indonesia

Study Daewoong Fexuprazan Tunjukkan Peredaan Gejala GERD: Lebih Cepat dan Aman untuk Pasien di Indonesia Kredit Foto: Daewoong Pharmaceutical
Warta Ekonomi, Jakarta -

Daewoong Pharmaceutical mengumumkan adanya perkembangan studi yang menjanjikan terkait dengan Fexuprazan. Studi terkait obat baru untuk penyakit gastroesophageal reflux disease (GERD) tersebut mengonfirmasi bahwa ia bekerja cepat dan aman digunakan oleh pasien dengan penyakit terkait di Indonesia.

Ketua Pengurus Besar Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (PB PGI) Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam menyampaikan Fexuprazan memberikan peredaan gejala heartburn dan refluks lebih cepat bagi pasien Indonesia.

Baca Juga: RI–Thailand Sepakati Kerjasama Kesehatan, Prabowo: Penting untuk Antisipasi Kemungkinan Pandemi Baru

"Ini akan menjadi pilihan pengobatan baru yang bermanfaat bagi penderita GERD di tanah air," ujarnya dilansir Selasa (20/5).

Fexuprazan merupakan obat generasi terbaru dari golongan P-CAB (Potassium-Competitive Acid Blocker). Obat ini dirancang khusus untuk mengatasi keterbatasan dari obat PPI (Proton Pump Inhibitor) konvensional.

Hasil studi menunjukkan bahwa Fexuprazan mampu mencapai target pengendalian gejala heartburn (rasa terbakar di dada) dalam waktu empat minggu, sesuai dengan durasi terapi yang direkomendasikan dalam panduan pengobatan GERD di Indonesia, membuktikan efektivitas Fexuprazan dalam praktik nyata di lapangan.

Studi ini mengukur gejala seperti heartburn, nyeri dada, naiknya asam lambung, dan mual menggunakan kuesioner penilaian mandiri (GERD-Q, skor 0–18). Meskipun kedua kelompok (Fexuprazan dan Esomeprazole) menunjukkan perbaikan gejala yang bermakna pada minggu ke-4 dan ke-8, kelompok Fexuprazan lebih unggul dalam meredakan gejala sejak fase awal pengobatan dan memberikan kenyamanan lebih cepat.

Untuk gejala mual, Fexuprazan juga menunjukkan hasil yang lebih cepat. Jika pada kelompok esomeprazole perbaikan mulai terasa pada minggu ke-8, pasien Fexuprazan telah melaporkan perbaikan signifikan hanya dalam waktu 7 hari setelah penggunaan.

Fexuprazan bekerja dengan cepat dalam menekan produksi asam lambung, sehingga pasien dapat merasakan perbaikan gejala sejak tahap awal pengobatan. Obat ini juga bisa dikonsumsi tanpa terikat waktu makan, sehingga meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani terapi.

Efikasi klinisnya yang tahan lama cukup diberikan satu kali sehari, memberikan kenyamanan dan pengendalian gejala yang konsisten. Selain itu, Fexuprazan memiliki risiko interaksi obat yang rendah, menjadikannya pilihan aman bagi pasien yang juga mengonsumsi obat lain untuk penyakit penyerta.

Berdasarkan catatan harian pasien, Fexuprazan 40 mg mampu memberikan respons penuh (complete response) terhadap hilangnya gejala heartburn dan asam lambung rata-rata dalam waktu 15 hari, atau sekitar 5 hari lebih cepat dibandingkan kelompok esomeprazole yang membutuhkan rata-rata 20 hari untuk mencapai hasil yang sama.

Lebih jauh, dalam penilaian kualitas hidup, pasien di kelompok Fexuprazan mengalami perbaikan lebih cepat dalam 7 hari pertama pengobatan dibandingkan kelompok kontrol. Perbaikan gejala sejak dini ini sangat penting karena berdampak langsung pada tidur yang lebih nyenyak, kenyamanan fisik yang meningkat, serta aktivitas sehari-hari yang lebih optimal, menunjukkan manfaat nyata dalam kehidupan pasien.

Keamanan Fexuprazan juga telah dikonfirmasi dalam studi ini. Tidak ditemukan perbedaan yang signifikan antara Fexuprazan dan esomeprazole dalam hal efek samping selama pengobatan. Tidak ada kejadian efek samping serius maupun kematian yang dilaporkan selama uji coba berlangsung.

Studi ini diharapkan dapat mendukung pembaruan panduan terapi GERD nasional dan menjadi dasar bagi persetujuan resmi Fexuprazan di pasar Indonesia. Daewoong Pharmaceutical juga berencana untuk memperluas studi Fexuprazan dalam pengobatan dispepsia fungsional dan gangguan asam lambung lainnya di Indonesia.

Baca Juga: Kementerian UMKM Fokuskan Dua Program Prioritas untuk Tingkatkan Kesejahteraan Rakyat

Adapun tudi klinis ini dilakukan oleh dokter peneliti Indonesia (dikenal dengan istilah Investigator-Initiated Trial atau IIT) yang melibatkan 134 pasien GERD. Studi dilaksanakan di tiga rumah sakit di Jakarta yakni RS Universitas Indonesia, RS Islam Cempaka Putih, dan RS Menteng Mitra Afia.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: