Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Solusi Atasi Middle Income Trap melalui Kolaborasi Lintas Sektor dari Dr. Erwin Suryadi Lewat Buku The Matchmaker

Solusi Atasi Middle Income Trap melalui Kolaborasi Lintas Sektor dari Dr. Erwin Suryadi Lewat Buku The Matchmaker Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Dr. Erwin Suryadi memaparkan berbagai solusi untuk mengatasi tantangan middle income trap dalam bukunya, The Matchmaker (terbitan Kompas), yang dibedah pada Sabtu (31/5/2025).

Buku tersebut mengusulkan pendekatan business matchmaking, sebuah kolaborasi lintas sektor, sebagai strategi membantu Indonesia keluar dari jebakan pendapatan menengah secara lebih efektif.

Business matchmaking merupakan kolaborasi jangka panjang antara pelaku industri besar, pabrikan lokal, UMKM, dan lembaga pendidikan. Pendekatan ini bertujuan meningkatkan kualitas produk (quality), efisiensi biaya (price), dan ketepatan pengiriman (delivery) melalui pendampingan berkelanjutan.

Konsep ini selaras dengan pemikiran ekonom Prof. Soemitro Djojohadikusumo, yang menegaskan bahwa persaingan bebas mutlak tidak cocok untuk negara berkembang.

"Menurut Soemitro, pasar tidak akan berjalan adil tanpa peran negara sebagai pengatur dan pelindung pelaku ekonomi lokal. Prinsip ini sejalan dengan business matchmaking, yang menuntut keterlibatan aktif industri besar dalam membina pelaku lokal agar mampu bersaing secara sehat dan setara," jelas Erwin.

Ia menambahkan, konsep ini telah diimplementasikan di sektor hulu minyak dan gas bumi melalui Forum Kapasitas Nasional yang digagas SKK Migas sejak 2021.

Baca Juga: Inovasi Pendidikan Ekonomi, Soemitro Center dan WIR Group Luncurkan Sekolah VR Keliling!

"Pengalaman di sektor hulu migas membuktikan bahwa ketika industri besar bersedia membina dan mempercayai pelaku lokal, hasilnya luar biasa. Banyak pabrikan dalam negeri yang ternyata mampu bersaing di tingkat global," ujarnya.

Melalui "The Matchmaker", Erwin tidak hanya menyajikan analisis ekonomi, tetapi juga peta jalan menuju ekonomi yang lebih inklusif, tangguh, dan berbasis kolaborasi.

"Buku ini juga memuat kisah nyata dari para pelaku. Harapannya, praktik baik ini dapat direplikasi agar Indonesia benar-benar mandiri dan kompetitif di kancah global," tambahnya.

Dalam diskusi, Erwin menyoroti gelombang PHK massal di berbagai sektor serta meningkatnya penggunaan kecerdasan buatan (AI) yang mulai menggantikan peran tenaga manusia. Kondisi ini, menurutnya, menjadi tantangan serius bagi stabilitas dan keberlanjutan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Meski demikian, ia meyakini Indonesia berpotensi keluar dari middle income trap dan mencapai status negara maju pada 2045. Selain kekayaan sumber daya alam, Indonesia sedang menikmati bonus demografi—saat proporsi penduduk usia produktif mencapai puncaknya. Namun, tanpa pengelolaan cermat dan pendekatan inovatif, potensi ini justru berisiko menjadi beban.

"Bonus demografi tidak akan bermakna tanpa ekosistem yang mampu menyerap dan memberdayakan talenta lokal. Kita butuh pendekatan yang lebih dari sekadar mempertemukan supply dan demand," tegasnya.

Ia juga memperingatkan bahwa banyak pekerjaan—seperti teller bank, kasir, entri data, akuntansi, dan staf pembukuan—berisiko hilang dalam lima tahun ke depan akibat otomatisasi dan AI.

"Ini akan menjadi masalah besar ketenagakerjaan jika tidak diantisipasi dengan strategi tepat," pungkas Erwin.

Harris Susanto, Direktur Utama PT Luas Birus Utama, adalah salah satu pelaku industri yang merasakan langsung manfaat pendekatan ini. Perusahaannya kini menjadi pemasok komponen hulu migas yang produknya menembus pasar Timur Tengah.

Baca Juga: Menteri Ekraf Jelaskan Cakupan Kerja Sama Ekonomi Kreatif dengan Prancis

"Kalau bukan kita yang mempercayai produk anak bangsa, siapa lagi? Namun, kepercayaan harus disertai standar kualitas dan komitmen. Business matchmaking di Forum Kapasitas Nasional memberi ruang dan arah bagi kami untuk berkembang," tuturnya.

Senada dengan itu, Fery Sarjana, Manajer Project & Sourcing Operation Petronas Carigali Iraq Holding BV, menekankan bahwa kunci keberhasilan business matchmaking terletak pada partisipasi aktif dan konsisten semua pihak.

"Selama ini, UMKM atau pabrikan lokal sering merasa sendiri dalam menghadapi tuntutan industri besar. Dengan pendekatan ini, mereka tidak hanya mendapat peluang, tetapi juga bimbingan," ujar Fery.

Diskusi tersebut juga menghadirkan sejumlah narasumber lain, antara lain Maria K. Wiharto (SKK Migas), Kenneth Gunawan (PT Medco E&P Indonesia), Eka Taniputra (PT Pelayaran Nasional Ekalya Purnamasari Tbk), Ir. Soni (PT Teknologi Rekayasa Katup), Fajar Wahyudi (PT Citra Tubindo Tbk), Oktantio P. Noerdiansyah (produsen sepatu Brodo), dan Khlaresta Tsabitah Noer (PT Petrakonsulindo Utama).

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Amry Nur Hidayat

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel:

Berita Terkait