Industri Mamin Terus Beri Kontribusi Signifikan Terhadap Perekonomian Nasional
Kredit Foto: Ist
Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza mengungkapkan industri makanan dan minuman (mamin) terus memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional.
Kontribusi sektor tersebut mencapai 41,15 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) industri non-migas, dan 7,2 persen terhadap PDB nasional pada triwulan I 2025.
Baca Juga: Sinergi dan Ketangguhan Kunci Industri RI Hadapi Tarif AS
Sektor mamin juga terus menunjukkan tren pertumbuhan positif, dengan realisasi pertumbuhan sebesar 6,04 persen (YoY) pada triwulan I tahun 2025. Dari sisi perdagangan luar negeri, industri ini juga berhasil mempertahankan surplus neraca dagang sebesar USD8,67 miliar, dengan nilai ekspor mencapai USD11,78 miliar sepanjang Januari–Februari 2025.
“Investasi di sektor ini juga semakin diminati. Pada Triwulan I 2025, realisasi investasi telah mencapai Rp22,63 triliun. Ini menunjukkan kepercayaan investor yang semakin tinggi terhadap potensi industri makanan dan minuman Indonesia,” ungkap Faisol dalam kegiatan Pre-Event Specialty Indonesia 2025 di Jakarta beberapa waktu lalu, dikutip dari siaran pers Kemenperin, Jumat (11/7).
Wamenperin menambahkan, Indonesia memiliki keunggulan komparatif dalam pengembangan industri mamin berkat keragaman sumber daya hayati. “Sumber daya tersebut dikembangkan menjadi produk bernilai tambah tinggi dengan orientasi ekspor,” imbuhnya.
Adapun sejumlah subsektor industri mamin yang mencatatkan kinerja gemilang, di antaranya, industri pengolahan kakao/cokelat yang saat ini menempatkan Indonesia sebagai produsen produk olahan kakao terbesar ke-4 di dunia dengan nilai ekspor lebih dari USD2,4 miliar dan volume ekspor 304 ribu ton pada tahun 2024.
Selanjutnya, industri pengolahan teh menorehkan ekspor sebesar 36.738 ton atau USD59,24 juta. Selain itu, industri pengolahan buah juga memiliki potensi besar dengan capaian ekspor 402 juta ton atau USD510 juta. “Industri kopi juga terus berkembang pesat. Indonesia telah mengekspor 196.875 ton kopi olahan senilai USD 661,9 juta pada tahun 2024,” sebutnya.
Sedangkan, untuk industri pengolahan susu, nilai ekspor tercatat USD233,5 juta pada 2024, naik dari USD230 juta pada 2023. Namun Faisol menyatakan, perlunya pengoptimalan produk hilir susu untuk mengurangi jumlah impornya, sehingga Kemenperin fokus pada pengembangan industri domestik melalui inovasi produk fermentasi, pangan fungsional, dan diversifikasi sumber susu.
“Sebagai salah satu langkah akselerasi untuk mencapai sasaran tersebut, Kemenperin akan menyelenggarakan kegiatan Specialty Indonesia 2025 pada tanggal 4–8 Agustus 2025 di Gedung Kemenperin, Jakarta,” tutur Wamenperin.
Specialty Indonesia 2025 ini menjadi momentum strategis untuk semakin memperkenalkan produk-produk premium industri mamin seperti kopi, teh, kakao, dan olahan buah terbaik yang telah dikurasi. “Istilah specialty merujuk pada produk berkualitas terbaik dengan standar khusus yang mencakup aroma, rasa, hingga proses produksi yang berkelanjutan dan menggunakan teknologi terkini,” jelasnya.
Apalagi, tren global mengarah pada produk premium dan sustainable. Hal ini membuat Indonesia punya peluang besar untuk menjadi pemain utama dalam kategori specialty berkat kekayaan hayati di dalam negeri.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Editor: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Tag Terkait:
Advertisement