Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Soal Impor Energi dari AS, Bahlil: Kalau Tarif Tak Turun, Ya Tak Ada Deal

Soal Impor Energi dari AS, Bahlil: Kalau Tarif Tak Turun, Ya Tak Ada Deal Kredit Foto: Rahmat Dwi Kurniawan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Rencana pemerintah Indonesia untuk meningkatkan impor energi dari Amerika Serikat senilai hingga US$15 miliar berpotensi terhambat menyusul keputusan Presiden AS Donald Trump yang tetap memberlakukan tarif bea masuk sebesar 32 persen terhadap seluruh produk ekspor Indonesia. Tarif tersebut akan efektif berlaku mulai 1 Agustus 2025.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, mengatakan kelanjutan dari rencana impor migas masih menunggu hasil akhir negosiasi dagang yang saat ini ditangani langsung oleh Menko Perekonomian Airlangga Hartarto selaku ketua delegasi.

”Saya belum tahu perkembangan terakhir, karena yang akan ngomong pak menko sebagai ketua delegasi. Tetapi kami dari ESDM sudah mengalokasikan sekitar 10-15 milliar USD untuk belanja dari amerika. Kalau tarifnya juga diturunkan, kalo engga berarti engga ada deal dong. Nanti kita lihat lagi,” ujar Bahlil kepada wartawan di Jakarta, Senin (14/07/2025).

Baca Juga: Bahlil Pastikan RKAB Minerba Berlaku Tahunan Mulai 2026

Pemerintah sebelumnya menyusun rencana peningkatan impor dari AS senilai total US$34 miliar, sebagai bagian dari strategi menyeimbangkan neraca dagang yang kini defisit sekitar US$19 miliar. Dari total tersebut, sektor energi mendapat porsi terbesar yakni US$15,5 miliar, setara sekitar Rp251 triliun.

Wakil Menteri ESDM, Yuliot Tanjung, menyebut bahwa rencana impor mencakup komoditas LPG dan minyak mentah. Sejumlah komunikasi dengan produsen besar asal AS seperti ExxonMobil dan Chevron telah dilakukan.

“Dengan beberapa produsen minyak di Amerika, kita juga sudah berkomunikasi, seperti dengan Exxon. Mereka memiliki produksi global sekitar 5,5 juta barel per hari, sementara Chevron sekitar 3 juta barel,” kata Yuliot di Jakarta, Selasa (8/7/2025).

Baca Juga: BI-nya Amerika Serikat Mulai Melawan Perintah Presiden Trump

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengungkapkan bahwa langkah ini merupakan implementasi langsung dari arahan Presiden Prabowo Subianto dalam membangun hubungan dagang yang lebih seimbang dan jangka panjang dengan AS.

“Tadi kita bahas rencana Indonesia untuk pembelian energi yang totalnya bisa mencapai US$15,5 miliar. Ini bagian dari offer Indonesia dalam negosiasi tarif dengan Amerika,” kata Airlangga dalam konferensi pers, Kamis (3/7/2025).

Airlangga menyebut bahwa nilai pembelian yang ditawarkan Indonesia jauh melebihi defisit perdagangan AS terhadap RI sebesar US$19 miliar. Dengan demikian, pemerintah berharap tawaran ini akan menjadi daya tawar konkret dalam menurunkan tarif bea masuk produk RI di pasar AS.

“Pembelian ini tidak short term, tapi long term. Istilah Presiden, ‘pak pok.’ Jadi bukan hanya untuk hari ini, tapi untuk fondasi hubungan dagang yang kuat ke depan,” ujarnya.

Baca Juga: Trump Umumkan Uni Eropa Kena Tarif 30 Persen dan Ancam Tak Boleh Menyerang, Presiden Von der Leyen: Kami Balas

Selain pembelian migas, Indonesia juga menyiapkan skema kerja sama investasi yang melibatkan BUMN dan Badan Pengelola Investasi Danantara Indonesia, sehingga total nilai komitmen dagang yang ditawarkan mencapai US$34 miliar.

Airlangga mengatakan bahwa detil teknis dari komitmen ini masih dalam pembahasan antar delegasi.

“Nilainya mencapai US$34 miliar, terdiri dari barang dan investasi. Ini bentuk keseriusan kita dalam menjaga relasi dagang yang sehat dan saling menguntungkan,” tegasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Djati Waluyo

Advertisement

Bagikan Artikel: