Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Suspensi Dibuka, Saham Krakatau Steel Langsung Anjlok ke ARB

Suspensi Dibuka, Saham Krakatau Steel Langsung Anjlok ke ARB Kredit Foto: Annisa Nurfitri
Warta Ekonomi, Jakarta -

PT Bursa Efek Indonesia (BEI) resmi mencabut suspensi perdagangan saham PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) pada sesi pertama Rabu, 16 Juli 2025. Namun, setelah kembali diperdagangkan, saham emiten pelat merah ini langsung anjlok 9,55% atau turun 30 poin ke level Rp284 per saham.

Suspensi atas saham KRAS sebelumnya diberlakukan sejak 4 Juli 2025 menyusul lonjakan harga yang dianggap tidak wajar. BEI menyatakan pencabutan suspensi dilakukan setelah melakukan penilaian internal. Pengumuman tersebut disampaikan melalui surat resmi yang ditandatangani Kepala Divisi Pengawasan Transaksi, Yulianto Aji Sadono.

Padahal saat pembukaan, saham KRAS sempat dibuka di harga Rp314, level tertingginya selama sebulan terakhir. Namun, tekanan jual tinggi membuat harga merosot drastis di sesi yang sama.

Baca Juga: Bursa Curiga Saham Meroket Meski Rugi, Krakatau Steel Jawab Begini

Sebelumnya, Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko KRAS, Daniel Fitzgerald Liman, menegaskan bahwa tidak ada informasi material yang belum diumumkan ke publik.

“Kami tegaskan, tidak ada kejadian material yang belum diumumkan. Seluruh fluktuasi saham sepenuhnya merupakan respons pasar,” ujar Daniel dalam paparan publik insidentil pada 11 Juli 2025.

Dalam sebulan terakhir, harga saham KRAS sempat melonjak hingga 71,58% dan secara year-to-date telah naik lebih dari 210%. Kenaikan ini memicu perhatian BEI yang mengeluarkan dua peringatan Unusual Market Activity (UMA) dan menyetop sementara perdagangan KRAS pada 1 dan 7 Juli 2025.

Baca Juga: PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. (KRAS) Patok Target Produksi Baja 1,9 Juta Ton

Meski sahamnya sempat melejit, kinerja keuangan KRAS masih tertekan. Perusahaan mencatat rugi bersih sebesar US$45,4 juta pada kuartal I/2025, dipicu tingginya beban keuangan dan gangguan operasional di fasilitas Hot Strip Mill (HSM). Produksi baja sepanjang Januari–Maret 2025 tercatat 226.000 ton dengan pendapatan US$234,8 juta dan laba kotor US$12,9 juta.

Dari sisi neraca, total aset naik tipis menjadi US$2,92 miliar, namun liabilitas juga meningkat menjadi US$2,50 miliar. Tekanan terhadap struktur permodalan terlihat dari penurunan ekuitas sebesar 3,23% menjadi US$421,11 juta.

Daniel menambahkan, saat ini operasional HSM telah kembali normal dan diharapkan memperkuat hilirisasi serta mengurangi ketergantungan pada baja impor.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Advertisement

Bagikan Artikel: