Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

CORE Peringatkan Risiko Serius di Balik Hilirisasi Nikel

CORE Peringatkan Risiko Serius di Balik Hilirisasi Nikel Kredit Foto: Wafiyyah Amalyris K
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ekonom Centre of Reform on Economic (CORE) Indonesia, Akhmad Akbar Susamto, mengatakan cita-cita Indonesia untuk mencapai net zero emission (NZE) dengan mendorong produksi baterai berbasis nikel menemui halangan.

Ia mengatakan Hilirisasi nikel diyakini dapat menopang kebutuhan baterai kendaraan listrik, yang menjadi tulang punggung transisi menuju energi ramah lingkungan. Namun, proses ini tidak lepas dari risiko besar. 

Dimana, berdasarkan beberapa laporan yang ada hilirisasi menyebabkan tekanan ekologis serius, mulai dari banjir di Bahodopi, konsentrasi logam berat di Pulau Obi, hingga deforestasi 500 ribu hektare di wilayah tambang.

Baca Juga: Hilirisasi Industri Tingkatkan Investasi Nasional

"Di satu sisi manfaat ekonomi ada, tapi kemudian dampak muncul secara serius," ujar Akhmad dalam diskusi virtual, Rabu (16/7/2025).

Akhmad mengatakan, kondisi tersebut terjadi karena pendekatan yang digunakan dalam melaksaakan hilirisasi meninggalkan prinsip kehati-hatian ekologis atau menjaga lingkungan tetap asri.

Menurutnya, semua pihak terkait dalam pelaksanaan hilirisasi yang didorong untuk transisi energi harus memperhatikan beberapa aspek lingkungan agar manfaatnya dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia.

"Jangan sampai kemudian yang terjadi adalah semacam kita mendukung transisi energi global menuju energi bersih secara global tetapi kita punya masalah di level lokal," ucapnya.

Baca Juga: Kemenperin Berkomitmen Jalankan Hilirisasi Industri di Indonesia Timur

Selain masalah lingkungan, kegiatan hilirisasi juga menimbulkan beberapa masalah sosial seperti tergusurnya masyarakat lokal, menurunya kualitas kesehatan masyarakat, hingga hilangnya mata pencaharian masyarakat lokal.

Konflik tersebut timbul karena Indonesia belum memperhatikan dimensi sosial dan pemenuhan hak masyarakat lokal dalam pelaksanaan hilirisasi.

Menurutnya, jika pemerintah tidak melakukan reformasi yang sungguh-sungguh, maka ini mungkin akan punya konsekuensi yang serius di dalam tahapan berikutnya.

Baca Juga: Pemerintah Siap Lakukan Groundbreaking 18 Proyek Hilirisasi Senilai US$ 45 Miliar pada Juni 2025

"Jadi jangan sampai kemudian kita karena melihat hilirisasi, oh hilirisasi kan bagus dalam rangka mengambil manfaat ekonomi tinggi, tapi kemudian kita lupa bahwa dibalik ide hilirisasi yang terkait dengan Eagle itu sebenarnya ada banyak cerita yang menunjukkan dilema," ucapnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Djati Waluyo
Editor: Djati Waluyo

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: