Cerita Sukses Trihatma Kusuma Haliman Meneruskan dan Membesarkan Agung Podomoro Group
Kredit Foto: Agung Podomoro Group (APG)
Nama Trihatma Kusuma Haliman tidak bisa dilepaskan dari perkembangan pesat dunia properti di Indonesia. Ia adalah sosok visioner di balik kesuksesan Agung Podomoro Group (APG), salah satu pengembang properti terbesar dan paling berpengaruh di tanah air.
Di bawah kepemimpinan Trihatma Kusuma Haliman, APG tidak hanya membangun gedung dan hunian, tetapi juga membentuk wajah kota-kota besar di Indonesia melalui proyek-proyek prestisius seperti Senayan City, Thamrin City, hingga Central Park.
Trihatma lahir di Jakarta pada 6 Januari 1952. Ia merupakan generasi kedua dari keluarga konglomerat properti yang mendirikan Agung Podomoro Group. Ayahnya, Anton Haliman, mendirikan APG pada 1969, dengan proyek perdananya berupa perumahan di kawasan Simprug, Jakarta Selatan. Saat itu, Trihatma sedang menempuh pendidikan arsitektur di Trier University Kaiserlautern, Jerman, dari tahun 1970 hingga 1973.
Trihatma Kusuma Haliman dipanggil pulang untuk ikut mengembangkan perusahaan keluarga. Bukannya langsung duduk di jajaran direksi, Trihatma justru memulai karier dari bawah, ditempatkan di berbagai divisi perusahaan agar memahami setiap aspek bisnis secara menyeluruh.
Pada tahun 1986, Trihatma resmi mengambil alih kendali APG. Ia segera menunjukkan karakter kepemimpinan yang berani dan penuh visi. Filosofi hidupnya, "No guts, no glory", tercermin dari berbagai keputusan bisnis yang penuh risiko namun cermat.
Salah satu langkah strategisnya adalah saat membeli lahan seluas 14 hektar di Kelapa Gading setelah krisis moneter 1998, saat banyak pengembang lain justru menahan diri. Proyek itu kemudian menjadi Bukit Gading Mediterania dan meraih kesuksesan besar. Begitu pula dengan pembelian lahan 100 hektar di kawasan Puncak yang kemudian dikembangkan menjadi Vimala Hills, dengan penjualan Rp100 miliar hanya dalam dua bulan.
Pada pertengahan 1990-an, APG mulai merespons terbatasnya lahan di Jakarta dengan membangun hunian vertikal. Proyek Apartemen Eksekutif Menteng menjadi awal dari tren hidup vertikal yang kini lazim di kota besar. APG kemudian mengembangkan superblok seperti Podomoro City, yang mencakup apartemen, mal, dan hotel berbintang.
Tak hanya di Jakarta, APG juga berekspansi ke berbagai kota seperti Bandung, Makassar, Samarinda, Balikpapan, dan Karawang. Bahkan beberapa proyek yang sebelumnya mangkrak, seperti Senayan City dan Plaza Semanggi, berhasil dihidupkan kembali oleh Trihatma dan timnya.
Baca Juga: Cerita Tony Fernandes Menyelamatkan Maskapai AirAsia hingga Sukses Merajai Asia
Untuk memperkuat struktur perusahaan, pada tahun 2010, Agung Podomoro Group melakukan restrukturisasi dan resmi berubah menjadi PT Agung Podomoro Land Tbk. (APLN). Perusahaan ini melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 11 November 2010.
Kesuksesan Trihatma tidak hanya diakui secara nasional, tetapi juga internasional. Ia pernah masuk dalam daftar orang terkaya Indonesia versi Forbes pada 2014, dengan kekayaan mencapai US$500 juta (setara Rp6,98 triliun saat itu).
Meskipun ia resmi mundur dari posisi CEO pada tahun 2016, jejak Trihatma Haliman tetap tertanam kuat dalam setiap bangunan dan kawasan yang dibangun oleh Agung Podomoro. Ia telah membawa perusahaan ini dari sebuah bisnis keluarga menjadi kekuatan besar dalam industri properti nasional.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement