Perjalanan Sanbe Farma, dari Produksi Obat Rumahan di Bandung hingga Sukses Jadi Perusahaan Farmasi Besar Nasional
Kredit Foto: Istimewa
Nama Sanbe Farma telah menjadi ikon di dunia farmasi Indonesia. Di balik botol-botol obat yang tersebar di rumah sakit dan apotek seluruh negeri, tersimpan kisah perjuangan panjang dan visi besar dari seorang tokoh bernama Drs. Jahja Santosa.
Bermula dari usaha kecil di rumah, kini Sanbe Farma menjelma menjadi salah satu raksasa farmasi nasional bahkan regional, dengan kiprah di lebih dari 20 negara.
Kisah Sanbe Farma dimulai pada tahun 1975, saat Jahja Santosa, lulusan Teknik Kimia dari Institut Teknologi Bandung (ITB), memutuskan untuk mengambil jalan berbeda. Alih-alih bekerja di perusahaan besar, ia memulai usahanya sendiri dari kediamannya di Bandung dengan meracik obat generik rumahan. Jahja Santosa memproduksi, memasarkan, bahkan mengantarkan obat-obatannya sendiri.
Toko obat rumahan itu berkembang pesat. Permintaan terus meningkat hingga akhirnya pada tahun 1981, Jahja mendirikan pabrik pertama Sanbe di Leuwigajah, Cimahi. Pabrik ini menjadi langkah besar yang mengantar Sanbe menuju jalur industri besar.
Hanya empat tahun berselang, pada 1985, Sanbe menambah lini produksi untuk obat-obatan β-laktam dan sefalosporin.
Seiring waktu, Sanbe Farma terus memperluas bisnisnya. Tidak hanya memproduksi obat etikal yang diresepkan dokter, seperti Amoxan, Cefat, Baquinor, dan Urotractin, Sanbe juga merambah produk obat bebas (OTC) seperti Sanmol dan Neurosanbe, serta obat hewan, infus steril, dan obat onkologi. Sanbe bahkan menjadi salah satu produsen obat antikanker lokal pertama di Indonesia, yang sebelumnya sangat tergantung pada impor.
Sanbe Farma juga memiliki pabrik infus soft bag steril tercanggih di Indonesia, dengan teknologi sterilisasi 121°C selama 15 menit, satu-satunya di Asia Tenggara.
Tak hanya soal produksi, jaringan distribusinya juga impresif. Dengan 35 kantor utama, 60 sub-kantor, serta 1.100 tenaga penjualan dan 1.000 perwakilan medis, Sanbe melayani lebih dari 37.000 dokter di seluruh pelosok negeri. Anak perusahaannya, PT Bina San Prima, menjadi distributor tunggal untuk seluruh produk Sanbe.
Sanbe Farma membuktikan bahwa perusahaan lokal bisa bersaing di level global. Delapan lokasi produksi Sanbe telah bersertifikasi cGMP (current Good Manufacturing Practice) sesuai standar internasional. Laboratoriumnya terakreditasi oleh KAN, mengikuti standar ISO/IEC 17025:2005, dan diakui oleh BPOM serta Health Science Authority (HSA) Singapura. Sanbe bahkan telah memenuhi standar Uni Eropa, sebuah pencapaian langka untuk perusahaan Indonesia.
Komitmen Sanbe terhadap riset dan pengembangan (R&D) terus ditingkatkan. Perusahaan ini menjadi pelopor dalam pengujian bioavailabilitas dan bioekivalensi produk farmasi dengan standar GCP dan GLP. Kerja sama dengan mitra global seperti Zambeletti/Eurodrugs dan Menarini (Italia) menjadi bukti pengakuan dunia terhadap kualitas Sanbe.
Baca Juga: Cerita Sean Rad Membangun Tinder hingga Sukses Tersebar Hampir di Semua Negara di Dunia
Tahun 2024, Sanbe Farma menandatangani kolaborasi strategis dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) untuk mengembangkan radiofarmaka di Indonesia. Selain itu, Sanbe juga tengah membangun fasilitas untuk produksi monoklonal antibodi, dengan target sertifikasi pada 2026 dan peluncuran produk akhir 2026 atau awal 2027.
Kini, dengan lebih dari 8.000 karyawan, Sanbe Farma telah menjadi bagian vital dari sistem kesehatan Indonesia. Menurut Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia, Sanbe bahkan menjadi pabrik farmasi paling produktif nomor satu di Tanah Air. Tak hanya mendominasi pasar lokal, Sanbe juga mengincar pasar global, dan terus membuktikan bahwa perusahaan farmasi asal Indonesia mampu bersaing dengan raksasa dunia.
Dari dapur rumah sederhana di Bandung, Sanbe Farma menjelma menjadi harapan besar industri farmasi Indonesia.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement