Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bursa Asia Naik Lagi, Pasar Saham Didukung Data Ekonomi dan Demam AI

Bursa Asia Naik Lagi, Pasar Saham Didukung Data Ekonomi dan Demam AI Kredit Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
Warta Ekonomi, Jakarta -

Mayoritas Bursa Asia kembali naik dalam perdagangan di Jumat (18/7). Pasar saham terdorong oleh reli yang terjadi akibat laporan keuangan sektor teknologi serta euforia yang dialami pasar saham di Amerika Serikat (AS).

Dilansir dari CNBC International, Jumat (21/7), berikut ini adalah catatan pergerakan sejumlah indeks utama dari Bursa Asia:

  • Hang Seng (Hong Kong): Naik 1,33% ke 24.825,66.
  • CSI 300 (China): Naik 0,60% ke 4.058,55.
  • Shanghai Composite (China): Naik 0,50% ke 3.534,48.
  • Nikkei 225 (Jepang): Turun 0,21% ke 39.819,11.
  • Topix (Jepang): Turun 0,19% ke 2.834,48.
  • Kospi (Korea Selatan): Turun 0,13 % ke 3.188,07.
  • Kosdaq (Korea Selatan): Naik 0,29% ke 820,67.

Pasar saham mayoritas ditutup menguat, mengikuti reli indeks-indeks utama di Wall Street. Sentimen pasar terdorong oleh data ekonomi yang kuat serta hasil laba kuartalan dari sejumlah perusahaan besar yang menunjukkan kinerja beragam namun tetap stabil.

SPI Asset Management Analyst, Stephen Innes mengatakan bahwa pasar saham saat ini sedangmenikmati gelombang reli global akibat AI.

"Demam akal imitasi belum menunjukkan tanda-tanda mereda, dan bahkan bank sentral mulai terdengar lebih menenangkan," ungkapnya.

Di China, bursa saham mencatat kenaikan tajam, didorong oleh lonjakan laba bersih Taiwan Semiconductor Manufacturing Company (TSMC). Saham-saham teknologi memimpin penguatan karena meningkatnya permintaan dari sektor kecerdasan buatan (AI) dan industri terkait lainnya.

Namun, Jepang justru melemah, menyimpang dari tren kawasan. Para pelaku pasar tampak memilih bersikap hati-hati menjelang pemilihan majelis tinggi parlemen, karena kekhawatiran bahwa koalisi partai penguasa akan kehilangan mayoritas suaranya di Negeri Sakura.

Jepang juga menjadi sorotan karena data domestik menunjukkan bahwa inflasi inti, yang tidak termasuk harga pangan dan energi, naik 3,3% di Juni. Meski melambat dari bulan sebelumnya, inflasi tersebut masih berada di atas target Bank of Japan (BoJ).

Wall Street baru-baru ini mencetak rekor tertinggi baru dalam perdagangan yang relatif tenang, berbeda dengan sesi sebelumnya yang sempat goyah akibat spekulasi terkait pemecatan sosok dari Ketua Federal Reserve, Jerome Powell.

Baca Juga: BRI Diuntungkan Program Koperasi Desa, Saham Diprediksi Tembus Rp4.700

Meskipun langkah seperti itu dapat membuka jalan bagi penurunan suku bunga, hal ini juga dinilai berisiko karena dapat mengganggu independensi bank sentral dalam mengendalikan inflasi.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: