Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Jumlah Orang Miskin Indonesia Turun jadi 8,47% dari Total Populasi, tapi Disparitas Kota dan Desa Masih Tinggi

Jumlah Orang Miskin Indonesia Turun jadi 8,47% dari Total Populasi, tapi Disparitas Kota dan Desa Masih Tinggi Kredit Foto: Antara/Aditya Pradana Putra
Warta Ekonomi, Jakarta -

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2025 mencapai 23,85 juta orang, atau 8,47% dari total populasi. Angka ini menunjukkan penurunan dibandingkan September 2024, di mana penduduk miskin tercatat sebanyak 24,06 juta orang (8,57%). 

Tren penurunan kemiskinan ini terjadi hampir di semua wilayah, dengan penurunan terbesar terjadi di Bali dan Nusa Tenggara. Namun, disparitas antara perkotaan dan perdesaan masih terlihat jelas. Tingkat kemiskinan di perdesaan mencapai 11,03%, sementara di perkotaan hanya 6,73%.

Kemiskinan ekstrem, yang diukur berdasarkan standar Bank Dunia (US$2,15 per hari), juga mengalami penurunan. Pada Maret 2025, jumlah penduduk miskin ekstrem tercatat 2,38 juta orang (0,85%), turun dari 2,78 juta orang (1,26%) pada September 2024. 

Meskipun demikian, wilayah seperti Maluku dan Papua masih mencatat tingkat kemiskinan tertinggi, yaitu 18,62%. Hal ini menunjukkan bahwa meski secara nasional kemiskinan menurun, upaya pengentasan kemiskinan di daerah tertinggal perlu terus ditingkatkan.

Garis Kemiskinan (GK) nasional per kapita pada Maret 2025 adalah Rp609.160 per bulan, dengan komoditas makanan menyumbang 74,58% dari total GK. Rata-rata rumah tangga miskin di Indonesia memiliki 4,72 anggota, dengan pengeluaran bulanan sebesar Rp2.875.235 per rumah tangga. Data ini mengindikasikan bahwa beban terbesar penduduk miskin masih berasal dari kebutuhan pangan, sehingga kenaikan harga komoditas pokok dapat langsung memengaruhi kondisi mereka.

Baca Juga: SDM Kompeten Berperan Penting Turunkan Kemiskinan dan Capai Ekonomi 8%

Ketimpangan pengeluaran penduduk, yang diukur dengan Gini Ratio, menunjukkan perbaikan. Pada Maret 2025, Gini Ratio nasional tercatat 0,375, turun dari 0,381 pada September 2024. Namun, ketimpangan di perkotaan (0,395) masih lebih tinggi dibandingkan perdesaan (0,299). 

Indeks kedalaman kemiskinan (P1) dan indeks keparahan kemiskinan (P2) juga menunjukkan perbedaan antara perkotaan dan perdesaan. Di perkotaan, kedua indeks ini meningkat, menunjukkan bahwa jarak pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan melebar dan distribusi pengeluaran semakin tidak merata. Sebaliknya, di perdesaan, kedua indeks tersebut menurun, mengindikasikan perbaikan kondisi ekonomi penduduk miskin.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Triwulan I-2025 sebesar 4,87% (year-on-year) turut mendorong penurunan kemiskinan. Pengeluaran konsumsi rumah tangga juga meningkat menjadi Rp1.741 triliun, naik 4,89% dibandingkan Triwulan I-2024. Namun, kenaikan harga beberapa komoditas seperti minyak goreng dan cabai rawit berpotensi membebani rumah tangga miskin. Di sisi lain, kebijakan diskon tarif listrik 50% yang masih berlaku pada Februari 2025 memberikan dampak positif dengan menekan inflasi.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Amry Nur Hidayat

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: