Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Wall Street Loyo, Investor Saham Cermati Efek Tarif Terhadap Industri AS

Wall Street Loyo, Investor Saham Cermati Efek Tarif Terhadap Industri AS Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Bursa Saham Amerika Serikat (Wall Street) ditutup melemah pada perdagangan di Selasa (5/8). Investor tengah mencermati dampak berkelanjutan dari kebijakan tarif perdagangan terhadap laba perusahaan dan ekonomi secara keseluruhan di Amerika Serikat (AS).

Dilansir dari Reuters, Rabu (6/8), berikut ini adalah catatan pergerakan sejumlah indeks utama dari Bursa Saham Amerika Serikat (Wall Street): 

  • S&P 500 (SPX): Turun 0,49% menjadi 6.299,19
  • Nasdaq Composite (IXIC): Melemah 0,65% ke 20.916,66
  • Dow Jones Industrial Average (DJIA): Terkoreksi 0,14% menjadi 44.112,08

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump mengisyaratkan kemungkinan akan memberlakukan tarif kecil pada impor farmasi, yang kemudian bisa dinaikkan lebih lanjut hingga 250%.

Trump juga mengatakan bahwa pengumuman tarif baru untuk sektor semikonduktor dan chip kemungkinan akan dilakukan dalam minggu depan atau dua minggu ke depan.

Kekhawatiran pasar diperkuat oleh laporan keuangan perusahaan besar. Yum Brands mengalami penurunan saham setelah melaporkan kinerja kuartal kedua yang meleset dari ekspektasi, dengan menyebut tarif perdagangan yang tinggi telah menekan belanja konsumen.

Sementara  Caterpillar memperingatkan potensi kerugian hingga US$1,5 miliar pada tahun ini akibat kebijakan tarif yang berlaku di AS.

“Jika kita lihat hasil laporan keuangan, secara umum masih di atas ekspektasi yang sudah diturunkan,” kata Kepala Strategi Ekuitas U.S. Bank Wealth Management, Terry Sandven.

“Dampak tarif masih dalam tahap evaluasi. Memang belum terlihat pengaruh besar pada profitabilitas perusahaan secara luas, tapi ancamannya tetap ada," tambahnya.

Sementara itu, data ekonomi menunjukkan perlambatan aktivitas sektor jasa. Purchasing Managers’ Index (PMI) sektor non-manufaktur versi ISM turun menjadi 50,1 pada Juli dari 50,8 pada Juni. Laporan ini menunjukkan stagnasi dalam pesanan dan pelemahan pasar tenaga kerja, di tengah kenaikan tajam biaya input.

“Pergerakan pasar hari ini mencerminkan investor yang mengambil sikap menunggu. Secara umum, latar belakang bagi saham masih positif untuk tahun ini, tetapi dalam jangka pendek ada sejumlah tantangan yang harus dihadapi," tutur Sandven.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: