Volume Tahunan Pembayaran Stablecoin Diprediksi Segera Tembus US$1 Triliun
Kredit Foto: Unsplash/Kanchanara
Laporan Keyrock dan Bitso baru-baru ini menyebutkan bahwa Volume tahunan pembayaran stablecoin global diproyeksikan melampaui US$1 triliun di 2030.
Dilansir Jumat (15/8), Keyrock dan Bitso menyebutkan bahwa pertumbuhan ini diperkirakan akan didorong oleh adopsi institusional pada sektor business-to-business (B2B), peer-to-peer (P2P), dan jalur pembayaran kartu, yang telah menunjukkan peningkatan signifikan.
Baca Juga: Euforia Pasar Kripto, Coinbase (COIN) Hidupkan Kembali Stablecoin Bootstrap Fund
Mereka juga menekankan keunggulan stablecoin dibanding metode pembayaran tradisional, terutama dalam kecepatan dan biaya. Misalnya, mengirim US$200 melalui bank dapat memakan biaya hingga 13% dan membutuhkan waktu beberapa hari untuk penyelesaian, sementara stablecoin dapat mengeksekusi transaksi dalam hitungan detik dengan biaya jauh lebih rendah.
Adapun pasar foreign exchange (FX) bernilai US$7,5 triliun per hari disebut sebagai peluang terbesar yang belum tergarap, karena masih menggunakan penyelesaian T+2 melalui bank koresponden. Teknologi on-chain menggunakan stablecoin dinilai berpotensi menghadirkan atomic swap dengan penyelesaian instan dan risiko counterparty yang lebih rendah.
Dengan regulasi yang lebih jelas, likuiditas yang meningkat, dan interoperabilitas yang lebih baik, stablecoin diprediksi dapat menguasai hingga 12% arus pembayaran lintas negara pada akhir dekade.
Keyrock dan Bitso juga memproyeksikan setiap perusahaan fintech besar akan mengintegrasikan infrastruktur stablecoin dalam beberapa tahun ke depan, mirip dengan adopsi luas software-as-a-service (SaaS) sebelumnya.
Baca Juga: Permudah Akses Dolar, Slash Hadirkan Layanan Pembayaran Berbasis Stablecoin AS
Selain itu, pertumbuhan cepat stablecoin dapat memengaruhi kebijakan moneter. Dalam skenario optimistis, suplai stablecoin bisa mencapai 10% dari money supply dolar dan mewakili sekitar seperempat pasar obligasi pemerintah dari Amerika Serikat (AS). Hal itu dapat memengaruhi pengelolaan suku bunga jangka pendek oleh Federal Reserve.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement