Kredit Foto: KemenKopUKM
Deputi Bidang Usaha Kecil Kementerian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), Temmy Satya Permana, mengungkapkan pentingnya hilirisasi gambir yang merupakan komoditas unggulan di Sumatera Barat (Sumbar).
Temmy mengatakan saat ini petani gambir masih berada pada posisi tawar yang lemah karena tata niaga yang masih tradisional dan bergantung pada pasar India sebagai pembeli utama.
Baca Juga: Selain Mudahkan Masyarakat Miliki Hunian, Program 3 Juta Rumah Dorong Pertumbuhan Ekosistem UMKM
Ini disampaikannya saat membuka Forum Group Discussion (FGD) bertajuk “Pemanfaatan Teknologi Produksi untuk Mendukung Hilirisasi Komoditas Gambir Bagi Usaha Kecil” di Kota Padang, Selasa (26/8/2025), secara daring.
"Karena itu, hilirisasi sangat penting agar gambir tidak hanya menjadi komoditas dagang, tetapi juga komoditas industri bernilai tinggi,” ucapnya, dikutip dari siaran pers Kementerian UMKM, Kamis (28/8).
Indonesia saat ini menguasai sekitar 80 persen pangsa pasar gambir dunia dengan pertumbuhan ekspor rata-rata 16,16 persen per tahun pada periode 2019–2023. Meski demikian, sebagian besar produk gambir masih dijual dalam bentuk mentah sehingga nilai tambah rendah dan harga kerap berfluktuasi.
Sebagai provinsi penghasil gambir terbesar di Indonesia, Sumbar dinilai memiliki potensi besar untuk pengembangan produk hilir. Upaya ini memerlukan dukungan lintas pemangku kepentingan mulai dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, asosiasi petani, hingga pengusaha.
Sebelumnya, pada Oktober 2024, Kementerian UMKM bersama pemerintah daerah dan kementerian terkait telah melakukan Forum Group Discussion (FGD) untuk menyepakati rencana aksi hilirisasi gambir.
Temmy Satya Permana menambahkan, pasar produk hilir saat ini masih menghadapi kendala di antaranya keterbatasan informasi spesifik yang dibutuhkan dalam rantai nilai. Karena itu, ke depan perlu dikembangkan akses pasar yang lebih luas tidak hanya bertumpu pada pasar luar negeri, tetapi juga menyasar pasar domestik.
“Ke depan penting untuk memetakan klaster industri dalam negeri yang membutuhkan produk hilir gambir serta menyusun skema kebijakan untuk intervensi pasar produk hilir,” kata Temmy Satya Permana.
Lebih lanjut, Temmy Satya Permana menyebut kebijakan hilirisasi merupakan salah satu program prioritas RPJMN 2024–2029. Hilirisasi tidak hanya diterapkan pada sektor mineral, tetapi juga pada pertanian dan perkebunan, sehingga membuka peluang besar bagi keterlibatan UMKM, khususnya usaha skala kecil.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Editor: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Tag Terkait:
Advertisement