Kredit Foto: KemenKopUKM
Namun demikian terdapat tantangan besar di lapangan, yakni keterbatasan teknologi, peralatan, sumber daya manusia (SDM), dan rantai nilai pasar.
“Data dari Sistem Informasi Data Tunggal (SIDT) Kementerian UMKM mencatat, sebanyak 16 juta lebih UMKM atau 93,95 persen masih berproduksi dengan cara tradisional. Akibatnya, produktivitas mereka 20–30 persen lebih rendah dibandingkan industri skala menengah maupun besar,” kata Temmy Satya Permana.
Sebagai solusi, Kementerian UMKM telah mengembangkan model Rumah Produksi Bersama (RPB) di 16 provinsi/kabupaten. RPB ini berfungsi mengolah bahan mentah komoditas unggulan daerah menjadi barang setengah jadi maupun barang jadi.
“Model ini juga sedang kami kembangkan dengan melibatkan kontribusi dari swasta/industri melalui pola business to business,” kata Temmy Satya Permana.
Selain hilirisasi, digitalisasi juga menjadi fokus penting dalam mendukung produktivitas UMKM.
“Digitalisasi bukan sekadar pemasaran daring, tetapi juga mencakup pencatatan produksi, manajemen rantai pasok, hingga traceability produk sesuai standar global,” ujarnya.
Kementerian UMKM berharap forum ini dapat menghasilkan langkah konkret dalam percepatan hilirisasi gambir melalui dukungan teknologi produksi, penguatan rantai nilai pasar domestik dan ekspor, serta sinergi lintas pemangku kepentingan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Editor: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Tag Terkait:
Advertisement