Kredit Foto: Dok. Kemenekraf
Daud juga menambahkan bahwa perbedaan utama Aniwayang Live dengan versi digital di YouTube terletak pada nuansa pertunjukan. Jika format digital lebih terbatas pada tayangan, pertunjukan langsung menghadirkan atmosfer mirip pagelaran wayang kulit tradisional, lengkap dengan interaksi penonton, kehadiran dalang, musik, hingga permainan interaktif yang dirancang khusus bagi keluarga dan anak-anak.
Keberadaan Aniwayang menjadi bukti bahwa inovasi dapat berjalan beriringan dengan pelestarian budaya. Melalui pendekatan modern, seni wayang kulit dapat kembali hidup di hati generasi muda tanpa kehilangan makna aslinya. Pertunjukan ini juga menjadi contoh bagaimana subsektor seni pertunjukan dalam ekosistem ekonomi kreatif mampu menyatukan nilai tradisi dan kreativitas baru.
Pagelaran berikutnya dijadwalkan berlangsung pada 4 Oktober 2025 di Museum Wayang, Kota Tua, Jakarta. Pertunjukan ini akan digelar secara reguler sebulan sekali, sehingga semakin banyak masyarakat dapat merasakan pengalaman langsung dari perpaduan seni tradisi dan inovasi kreatif yang ditawarkan Aniwayang by Desa Timun.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Editor: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Tag Terkait:
Advertisement