Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Strategi Pengelolaan Sampah ISWMP Mampu Tekan Timbulan TPA di Kabupaten Bandung Barat

Strategi Pengelolaan Sampah ISWMP Mampu Tekan Timbulan TPA di Kabupaten Bandung Barat Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pengelolaan sampah di Indonesia yang efektif dan berkelanjutan membutuhkan dukungan yang kuat terutama sarana dan prasarana. Salah satunya dengan mengadopsi Improvement of Solid Waste Management to Support Regional and Metropolitan Cities Project (ISWMP) yang salah satu kegiatan utamanya Peningkatan Peran Aktif Masyarakat (PPAM).

Aksi ini berfokus untuk mendorong terjadinya perubahan perilaku dalam mengelola sampah di tingkat rumah tangga. “Pendekatan kawasan dan semangat gotong royong menjadi kunci dalam menciptakan sistem pengelolaan sampah yang efisien dan berkelanjutan,” kata Ketua CPMU ISWMP, Sandhi Eko Bramono.

Salah satu wilayah di Indonesia yang masih menghadapi tantangan serius dalam pengelolaan sampah adalah Kabupaten Bandung Barat. Peningkatan volume sampah yang sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan aktivitas ekonomi tidak diimbangi dengan sistem pengelolaan yang memadai. 

Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sarimukti, yang selama ini menjadi lokasi pembuangan utama, kini telah melebihi kapasitas. Kondisi ini menggambarkan adanya masalah pada lima aspek utama.

Baca Juga: Menteri KLH: Pengelolaan Sampah Jadi Kunci Sukses Program Gizi Nasional

Pertama, soal minimnya teknologi dan infrastruktur fasilitas pengolahan yang berfungsi dengan baik seperti TPS3R, sarana pemilahan, dan sistem pengumpulan yang efisien.

Kedua, kelembagaan dan tata kelola yang belum optimal. Dalam hal ini, koordinasi antar pihak, termasuk dinas, desa, dan RT/RW. Ketiga, pendanaan dan insentif. Hal ini mengenai keterbatasan alokasi dana serta belum adanya mekanisme insentif untuk warga yang memilah.

Keempat, peran serta masyarakat yang masih rendah. Dan kelima kebijakan dan regulasi. Meskipun telah terbentuk beberapa aturan pemerintah daerah, namun kendala dalam penerapannya masih sangat terasa. 

Sistem yang berorientasi pada pendekatan “kumpul-angkut-buang” tanpa pemilahan dari sumber membuat volume sampah sulit dikendalikan.

Di sisi lain, pemerintah daerah terus berupaya mencari peluang di balik tantangan ini, khususnya terkait komposisi sampah yang dihasilkan masyarakat.

“Persoalan utama di Bandung Barat adalah dominasi sampah plastik yang sulit terurai. Kami memandang masalah ini bukan sebagai beban, melainkan peluang untuk menciptakan inovasi dan manfaat ekonomi dari pengelolaan sampah,” ujar Jeje Ritchie Ismail, Bupati Kabupaten Bandung Barat.

Ada dua RT di Kabupaten Bandung Barat yakni RT 02 RW 10 Desa Cikahuripan, Kecamatan Lembang, dan RT 05 RW 13 Desa Citapen, Kecamatan Cihampelas yang menjadi bukti bahwa perubahan pengelolaan sampah dapat dimulai dari level komunitas terkecil.

Baca Juga: Pemerintah Siapkan Aturan Baru Pengelolaan Sampah, Biodegradable Additive Bisa jadi Pilihan Cara Mengurai Secara Alami

Pemilihan kedua wilayah ini bukan tanpa alasan. Keduanya sudah memiliki kegiatan pemilahan sebelumnya, yang mendapat dukungan tokoh lokal, dan dinilai representatif dari sisi tantangan maupun potensi.

Kondisi tersebut menjadi modal awal untuk menjalankan Program Peningkatan Peran Aktif Masyarakat (PPAM) di bawah payung ISWMP. Selama dua bulan pendampingan (Januari-Februari 2025), sudah terlihat hasil nyata. Jumlah rumah tangga yang memilah meningkat drastis dan pengurangan sampah tercatat signifikan.

Rata-rata pengurangan sekitar 49–52 kg per pengangkutan untuk sampah organik, dan 10–20 kg untuk sampah daur ulang di masing-masing wilayah. “Pemilahan sampah adalah kunci agar sampah dapat dikelola dengan baik. Dengan sampah yang terpilah, maka sampah dapat diolah lebih lanjut, misalnya sampah organik menjadi kompos, sampah anorganik dapat didaur ulang menjadi produk yang berguna. Sehingga hanya residu yang dibuang ke TPA. Jika ini terjadi, sampah yang diangkut ke TPA akan berkurang dan usia TPA akan lebih panjang,” ujar Sandhi.

Sandhi menambahkan, keberhasilan project pengelolaan sampah di Kabupaten Bandung Barat tidak lepas dari kolaborasi berbagai pihak yang terlibat secara aktif. Mulai dari fasilitator lapangan, Dinas Lingkungan Hidup (DLH), pemerintah desa, kader posyandu, hingga Puskesmas, semuanya berperan penting dalam mendukung perubahan perilaku masyarakat. 

“Dari sisi sarana, intervensi ISWMP menyediakan berbagai dukungan seperti ember pilah, timbangan sampah, spanduk edukasi, serta insentif sosial berupa stiker sebagai bentuk apresiasi kepada warga yang berpartisipasi aktif,” pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Belinda Safitri

Advertisement

Bagikan Artikel: