Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pemerintah Siapkan Aturan Baru Pengelolaan Sampah, Biodegradable Additive Bisa jadi Pilihan Cara Mengurai Secara Alami

Pemerintah Siapkan Aturan Baru Pengelolaan Sampah, Biodegradable Additive Bisa jadi Pilihan Cara Mengurai Secara Alami Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pemerintah berupaya untuk mencari solusi masalah sampah di Indonesia. Salah satunya, menyiapkan aturan baru untuk menggantikan tiga aturan lama terkait penanganan sampah yang habis masa berlakunya.

Tiga aturan lama tersebut adalah Perpres Nomor 83 Tahun 2018 tentang Penanganan Sampah Laut, Perpres Nomor 35 Tahun 2018 tentang Percepatan Pembangunan Instalasi Pengolah Sampah Menjadi Energi Listrik Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan, dan Perpres Nomor 97 Tahun 2017 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.

Menurut Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq, semua peraturan presiden (Perpres) terkait sampah akan dijadikan satu.

"Arahan kami agar semua kementerian bergerak," ujarnya beberapa waktu lalu.

Kondisi di Indonesia saat ini, sekitar 69% sampah plastik ditimbun atau dibuang tanpa pengelolaan optimal di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Melansir Riset dan Laporan Dampak Mikroplastik seperti yang diungkap Yudi Wahyudi dalam plasticsmartcities.wwf.id, plastik konvensional membutuhkan waktu ratusan tahun untuk terurai di TPA. Di tempat pembuangan yang tidak dikelola dengan baik, plastik ini terurai menjadi mikroplastik yang mencemari tanah, udara, dan air, sehingga menimbulkan risiko lingkungan jangka panjang.

Baca Juga: Urai Pencemaran Sampah di Laut, KKP Canangkan Program Libatkan Multipihak

Menurut Direktur Sirkular Ekonomi Kementerian Lingkungan Hidup Agus Rusly, saat ini tantangan polusi plastik bukan sekadar teknis pengelolaan limbah, melainkan juga pola pikir dan perilaku masyarakat.

Dalam seminar bertajuk “Stop Polusi Plastik” yang digelar Universitas Mercu Buana (UMB) Jakarta baru-baru ini, ia menekankan seluruh masyarakat, termasuk kalangan akademik, harus lebih sadar bahwa plastik yang tidak dikelola dengan benar akan membawa dampak jangka panjang bagi ekosistem dan generasi mendatang.

“Kita tidak bisa menghindari plastik sama sekali, tapi perilaku kita dalam menggunakan plastik secara bijaksana menjadi sangat penting untuk diterapkan,” ujar Agus.

Sementara itu, berdasarkan Peraturan Menteri (Permen) LHK Nomor 75 Tahun 2019 tentang Peta Jalan Pengurangan Sampah oleh Produsen, mewajibkan produsen untuk menyusun, melaksanakan, dan melaporkan peta jalan pengurangan sampah yang dihasilkan dari produk dan kemasan mereka, dengan target pengurangan sampah sebesar 30% pada tahun 2029.

Artinya, ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi sampah yang dihasilkan dari produk dan kemasan. Salah satunya, menerapkan plastik cepat terurai alami dengan menggunakan kandungan biodegradable additive.

Teknologi biodegradable additive berbasis mineral membantu plastik cepat terurai secara alami dan lebih cepat dalam waktu 2 sampai 5 tahun, dibandingkan dengan ratusan tahun pada plastik konvensional.

Biodegradable additive ini dirancang untuk bekerja optimal di lingkungan TPA yang kaya oksigen, bukan di fasilitas kompos. Selain itu, teknologi ini kompatibel dengan proses manufaktur plastik yang sudah ada, sehingga biaya produksinya tetap rendah dan dapat diterapkan secara luas.

Mengurai sampah plastik konvensional dengan biodegradable additive dipastikan tidak meninggalkan residu berupa mikroplastik.

Baca Juga: Prabowo Desak Penyelesaian Masalah Sampah, Perpres Waste to Energy Segera Terbit

Biodegradable additive yang dapat terurai secara hayati modern telah diuji untuk memastikan biodegradasi lengkap menjadi karbon dioksida, air, dan biomassa, bukan sekadar disintegrasi fisik. Bahkan, teknologi ini sudah mendapat sertifikasi pihak ketiga seperti ASTM D6954 sebagai acuan keamanan lingkungan.

Contoh produk asli Indonesia yang menggunakan teknologi ini adalah Oxium. Pengembangannya sudah melalui berbagai uji ilmiah dan sertifikasi yang ketat.

Dalam laman daringnya, Asosiasi PASTI menyebutkan Oxium merupakan biodegradable additive berbasis mineral alami yang dirancang untuk mempercepat proses biodegradasi plastik konvensional menjadi senyawa yang dapat diuraikan oleh mikroorganisme, tanpa meninggalkan residu berbahaya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Amry Nur Hidayat

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: