Kredit Foto: Kementerian Kebudayaan
Masih dari platform musik digital, Managing Director Spotify untuk Asia Tenggara, Gustav Bac, pada kesempatan tersebut menyampaikan peluang meraih audiens yang lebih luas bahkan hingga global melalui Spotify.
Baca Juga: JGTC Contoh Nyata Kolaborasi Generasi Muda Gerakkan Ekosistem Musik dan Industri Kreatif
“Platform digital untuk streaming lagu ini berpotensi untuk membuka peluang bagi para musisi, membentuk kesempatan yang lebih luas bagi musisi Indonesia untuk menemukan audiens baru,” jelasnya. Lebih dari itu, Spotify juga memperhitungkan peran kecerdasan buatan di dalam platformnya.
Spotify memberikan perlindungan atas karya-karya para seniman, seperti halnya melalui pengaturan kebijakan yang lebih jelas, filter spam, dan menjaga transparansi dan integritas kreatif dengan menegaskan bahwa meskipun kecerdasan buatan digunakan sebagai alat bantu, hasil akhir dari sebuah karya tetap berada di bawah kendali para kreator.
Dalam sesi panel yang dipandu oleh Ralvi Nasution, sejumlah diskursus dalam penguatan ekosistem musik untuk audiens yang lebih luas dibahas. General Manager VAS and Music Business Telkomsel, Riset Wijoyo, memaparkan perlunya membentuk ekosistem yang saling mendukung dalam dunia digital.
Sebagai platform distributor, Telkomsel berkaitan erat dengan YouTube dan juga Spotify, namun skema platform musik digital tanpa berlangganan juga menjadi isu yang perlu ditangani lebih lanjut.
Senada dengan Riset Wijoyo, CEO GDP Venture, Martin Hartono, turut mendukung perlunya mengawal tata kelola negara menjadi sejahtera dan lebih maju, menciptakan pola berlangganan atau subskripsi dalam ekosistem musik, sehingga seniman dapat lebih sejahtera.
Guna meraih audiens yang lebih luas, seniman dituntut membangun human-connection yang dibarengi dengan ilmu sosial. Ia mencontohnya Niki, penyanyi asal Indonesia yang malang-melintang di belantika panggung musik internasional, yang memiliki kedua instrumen penting tersebut.
“Jika karya kita ingin terhubung dengan orang lain, para musisi harus lebih dalam mempelajari ilmu koneksi. Ini mempengaruhi seberapa adaptif seorang seniman bisa mengikuti perkembangan zaman. Jadi, ketika berinteraksi dengan para penggemar, bisa lebih nyambung,” jelasnya.
Baca Juga: Menteri Ekraf Dorong Kesehatan Ekosistem Musik Nasional
Mewakili Langit Musik, Adib Hidayat, memaparkan program unggulan yang dapat digunakan untuk memperluas audiens lewat program inkubasi seniman daerah. Dalam penjelasannya, ia menegaskan keinginan Langit Musik untuk hadir ke daerah dan memberikan ruang bagi para seniman. "Harmoni Nusantara, sebagai sebuah platform lokal, satu-satunya, tidak ada lagi, hanya Langit Musik,” tukasnya.
KMI 2025 turut dihadiri oleh Wakil Menteri Kebudayaan, Giring Ganesha Djumaryo; Direktur Film, Musik, dan Seni, Syaifullah; sejumlah musikus tanah air, perwakilan organisasi dan asosiasi musik Indonesia, dan para pegiat budaya. Konferensi Musik Indonesia 2025 masih akan berlangsung hingga 11 Oktober 2025 mendatang, menyuguhkan rangkaian diskusi strategis dalam penguatan ekosistem musik tanah air.
Konferensi Musik Indonesia (KMI) 2025 menjadi momentum strategis untuk memperkuat ekosistem musik nasional agar mampu bersaing di tingkat global. Melalui kolaborasi antara pemerintah, pelaku industri, dan platform digital, KMI 2025 menegaskan komitmen bersama dalam menyiapkan talenta dan karya musik Indonesia yang berdaya saing, berkarakter, dan berkelanjutan.
Dari ruang lokal hingga panggung dunia, musik Indonesia terus bergerak membawa semangat kebudayaan dan identitas bangsa menuju masa depan yang gemilang.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Belinda Safitri
Advertisement