Kredit Foto: Kementerian Kebudayaan
Rangkaian diskusi panel dalam Konferensi Musik Indonesia (KMI) 2025 diawali dengan topik menarik yang mengupas Jalur Lokal ke Global: Menyiapkan Musisi dan Karya Indonesia Mendunia.
Menghadirkan sejumlah panelis lintas sektor di hadapan lebih dari 300 peserta, diskusi ini membahas berbagai peluang untuk lebih mengenalkan musik Indonesia ke dunia internasional, dengan kesempatan yang kini makin terbuka luas melalui dukungan pemerintah maupun swasta.
Dibuka oleh paparan dari Dirjen Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kementerian Kebudayaan, Ahmad Mahendra, lewat payung besar Menyiapkan Talenta dan Karya Musik Yang Mendunia, ia menegaskan pentingnya memetakan indikator yang jelas dalam ekosistem musik.
Urgensi ini dipelajari dari ekosistem film tanah air yang makin terbentuk dan sukses lewat takaran indikator yang jelas, sehingga negara dapat hadir dengan penuh. “Tanda-tanda pemajuan kebudayaan terus meningkat dari tahun ke tahun, terutama pada jumlah produksi, penonton, kehadiran di festival internasional, dan makin banyak film tanah air yang menang di ajang festival perfilman tingkat internasional, contohnya Pangku,” jelasnya.
Lebih lanjut, Dirjen Ahmad Mahendra juga menuturkan langkah nyata Kementerian Kebudayaan untuk hadir dalam mendorong ekosistem musik melalui program nasional Manajemen Talenta Nasional (MTN).
Baca Juga: Musik RI Berpeluang Besar Tembus Pasar Global, Menteri Ekraf Dorong Kolaborasi dengan Radio
Kementerian Kebudayaan mendorong terciptanya talenta musik Indonesia yang berkualitas dan berkelanjutan. Hal ini sejalan dengan visi Indonesia Emas 2025 yang dapat diwujudkan melalui penguatan sumber daya manusia.
Program MTN di bidang film, sastra, musik, seni pertunjukan, dan seni rupa, dapat menjadi salah satu indikator untuk meningkatkan talenta tanah air yang berkualitas. Di samping itu, Kementerian Kebudayaan juga terus menggalakan berbagai giat ekspresi musik yang tersebar di Nusantara.
“Kementerian Kebudayaan terus perkuat ekosistem musik. Banyak program yang digawangi seperti halnya Festival Musik Tradisi Indonesia (FMTI), AMI, Panggung Maestro, LOKOVASIA, Keroncong Svaranusa, dan yang sedang kita lakukan saat ini yakni Konferensi Musik Indonesia,” tuturnya.
Melanjutkan semangat dari panggung lokal ke dunia global, dari ruang digital, Managing Director YouTube Music Asia Pasifik, Paul Smith, menyampaikan apresiasi atas terselenggarakan Konferensi Musik Indonesia.
Ia menyoroti keterhubungan erat antara musik dan Indonesia yang tidak dapat dipisahkan, sekaligus potensi besar musisi Indonesia di kancah global. “Jika kita berbicara tentang musik, kita harus berbicara tentang Indonesia, dengan 135 juta populasi Indonesia aktif ada di platform kami (YouTube),” katanya.
Paul Smith memaparkan praktik baik YouTube untuk mempublikasikan karya-karya seniman tanah air. Tak hanya itu, YouTube juga berkomitmen untuk terus mendorong ekosistem musik, memberikan praktik terbaik untuk memberdayakan industri musik secara keseluruhan, dan optimalisasi monetisasi.
YouTube, khususnya YouTube Music siap menjembatani musik Indonesia dengan berbagai giat musik termasuk mensponsori penyelenggaraan Anugerah Musik Indonesia (AMI) tahun ini. “Mari kita membangun masa depan musik bersama,” tutupnya.
Masih dari platform musik digital, Managing Director Spotify untuk Asia Tenggara, Gustav Bac, pada kesempatan tersebut menyampaikan peluang meraih audiens yang lebih luas bahkan hingga global melalui Spotify.
Baca Juga: JGTC Contoh Nyata Kolaborasi Generasi Muda Gerakkan Ekosistem Musik dan Industri Kreatif
“Platform digital untuk streaming lagu ini berpotensi untuk membuka peluang bagi para musisi, membentuk kesempatan yang lebih luas bagi musisi Indonesia untuk menemukan audiens baru,” jelasnya. Lebih dari itu, Spotify juga memperhitungkan peran kecerdasan buatan di dalam platformnya.
Spotify memberikan perlindungan atas karya-karya para seniman, seperti halnya melalui pengaturan kebijakan yang lebih jelas, filter spam, dan menjaga transparansi dan integritas kreatif dengan menegaskan bahwa meskipun kecerdasan buatan digunakan sebagai alat bantu, hasil akhir dari sebuah karya tetap berada di bawah kendali para kreator.
Dalam sesi panel yang dipandu oleh Ralvi Nasution, sejumlah diskursus dalam penguatan ekosistem musik untuk audiens yang lebih luas dibahas. General Manager VAS and Music Business Telkomsel, Riset Wijoyo, memaparkan perlunya membentuk ekosistem yang saling mendukung dalam dunia digital.
Sebagai platform distributor, Telkomsel berkaitan erat dengan YouTube dan juga Spotify, namun skema platform musik digital tanpa berlangganan juga menjadi isu yang perlu ditangani lebih lanjut.
Senada dengan Riset Wijoyo, CEO GDP Venture, Martin Hartono, turut mendukung perlunya mengawal tata kelola negara menjadi sejahtera dan lebih maju, menciptakan pola berlangganan atau subskripsi dalam ekosistem musik, sehingga seniman dapat lebih sejahtera.
Guna meraih audiens yang lebih luas, seniman dituntut membangun human-connection yang dibarengi dengan ilmu sosial. Ia mencontohnya Niki, penyanyi asal Indonesia yang malang-melintang di belantika panggung musik internasional, yang memiliki kedua instrumen penting tersebut.
“Jika karya kita ingin terhubung dengan orang lain, para musisi harus lebih dalam mempelajari ilmu koneksi. Ini mempengaruhi seberapa adaptif seorang seniman bisa mengikuti perkembangan zaman. Jadi, ketika berinteraksi dengan para penggemar, bisa lebih nyambung,” jelasnya.
Baca Juga: Menteri Ekraf Dorong Kesehatan Ekosistem Musik Nasional
Mewakili Langit Musik, Adib Hidayat, memaparkan program unggulan yang dapat digunakan untuk memperluas audiens lewat program inkubasi seniman daerah. Dalam penjelasannya, ia menegaskan keinginan Langit Musik untuk hadir ke daerah dan memberikan ruang bagi para seniman. "Harmoni Nusantara, sebagai sebuah platform lokal, satu-satunya, tidak ada lagi, hanya Langit Musik,” tukasnya.
KMI 2025 turut dihadiri oleh Wakil Menteri Kebudayaan, Giring Ganesha Djumaryo; Direktur Film, Musik, dan Seni, Syaifullah; sejumlah musikus tanah air, perwakilan organisasi dan asosiasi musik Indonesia, dan para pegiat budaya. Konferensi Musik Indonesia 2025 masih akan berlangsung hingga 11 Oktober 2025 mendatang, menyuguhkan rangkaian diskusi strategis dalam penguatan ekosistem musik tanah air.
Konferensi Musik Indonesia (KMI) 2025 menjadi momentum strategis untuk memperkuat ekosistem musik nasional agar mampu bersaing di tingkat global. Melalui kolaborasi antara pemerintah, pelaku industri, dan platform digital, KMI 2025 menegaskan komitmen bersama dalam menyiapkan talenta dan karya musik Indonesia yang berdaya saing, berkarakter, dan berkelanjutan.
Dari ruang lokal hingga panggung dunia, musik Indonesia terus bergerak membawa semangat kebudayaan dan identitas bangsa menuju masa depan yang gemilang.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Belinda Safitri
Advertisement