- Home
- /
- Kabar Finansial
- /
- Bursa
Ekonom Ingatkan Risiko Sudden Stop, Dorong Penguatan Pembiayaan Domestik
Kredit Foto: Uswah Hasanah
Ekonom senior Raden Pardede mengingatkan potensi risiko sudden stop atau penghentian tiba-tiba arus modal asing yang dapat mengguncang perekonomian nasional jika Indonesia terus bergantung pada pembiayaan eksternal.
Ia menilai penguatan sumber pendanaan domestik dan peningkatan investasi dalam negeri menjadi kunci menjaga ketahanan ekonomi di tengah ketidakseimbangan global.
“Ketimpangan global menyebabkan arus modal berpindah dari negara defisit seperti Amerika Serikat ke negara-negara berkembang. Namun, ketika terjadi perubahan kebijakan atau gejolak global, aliran ini bisa berhenti mendadak. Itulah yang disebut sudden stop, seperti yang kita alami pada 1998,” ujar Raden dalam paparannya di Bursa Efek Indonesia, Jumat (17/10/2025).
Baca Juga: Ekonom Ingatkan Risiko 'Kemanjaan SDA', Danantara Malah Dorong Investasi Bernilai Ganda
Menurutnya, ketimpangan global saat ini ditandai oleh dominasi China sebagai manufaktur dunia dan defisit besar Amerika Serikat yang disertai belanja fiskal tinggi. Kondisi tersebut mendorong pergeseran modal internasional yang menciptakan ketergantungan baru di negara berkembang, termasuk Indonesia.
Raden menegaskan, agar ekonomi nasional lebih tahan terhadap gejolak eksternal, pembiayaan harus semakin mengandalkan sumber daya dalam negeri, termasuk dari pasar modal.
“Lebih baik pasar modal kita diperkuat oleh investor domestik. Ketika modal asing berhenti, ekonomi tidak boleh ikut terhenti,” katanya.
Ia menambahkan, kelemahan lain yang perlu diperbaiki adalah rendahnya produktivitas dan daya saing Indonesia dibandingkan negara tetangga.
Vietnam, Malaysia, dan Filipina disebut lebih agresif dalam mengembangkan inovasi dan teknologi, sementara Indonesia masih bergantung pada sumber daya alam.
“Vietnam sadar mereka tidak punya kekayaan alam, maka mereka berinvestasi besar-besaran pada teknologi dan sumber daya manusia. Kita justru dimanjakan oleh sumber daya alam sendiri,” ujar Raden.
Baca Juga: Investasi RI Tumbuh Dua Digit, Sumbang Lapangan Kerja untuk 1,9 Juta Orang
Lebih lanjut, Raden menyoroti struktur ekonomi Indonesia yang masih didominasi konsumsi rumah tangga, mencapai sekitar 60% dari Produk Domestik Bruto (PDB), sedangkan investasi baru sekitar 30–32%. Padahal, untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8%, porsi investasi idealnya harus mencapai 40% dari PDB.
“Kalau mau tumbuh tinggi, kita harus bertransformasi dari ekonomi konsumer menjadi ekonomi produsen,” tegasnya.
Raden menyimpulkan, peningkatan investasi domestik, pendalaman pasar keuangan, serta percepatan inovasi teknologi menjadi tiga fondasi utama untuk menjaga ketahanan ekonomi Indonesia di tengah ketidakpastian global.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Annisa Nurfitri
Advertisement