Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Indonesia–EU CEPA Rampung, Ekspor ke Eropa Siap Masuk Tarif Nol Persen

Indonesia–EU CEPA Rampung, Ekspor ke Eropa Siap Masuk Tarif Nol Persen Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengajak para pelaku usaha mempersiapkan diri menghadapi implementasi Indonesia–European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (Indonesia–EU CEPA) yang rampung secara substansif pada September 2025. Kesepakatan ini membuka peluang besar bagi ekspor Indonesia ke pasar Uni Eropa dengan tarif nol persen setelah proses ratifikasi selesai.

Ajakan tersebut disampaikan Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kemendag, Djatmiko Bris Witjaksono, dalam seminar bertema “Potensi Bisnis Indonesia di Uni Eropa: Pemanfaatan Indonesia–EU CEPA, Peluang Perikanan & Furnitur, serta Tantangan EUDR” di Trade Expo Indonesia (TEI) ke-40, Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD City, Kabupaten Tangerang, Jumat (17/10).

“Pasar Eropa menuntut kualitas tinggi, keamanan produk, keberlanjutan lingkungan, serta kemasan dan label yang informatif. Jika pelaku usaha dapat menyesuaikan diri, manfaat Indonesia–EU CEPA akan terasa nyata bagi pertumbuhan ekspor Indonesia,” ujar Djatmiko.

Baca Juga: IEU-CEPA dan ICA-CEPA Tak Hanya Perkuat Kerja Sama Ekonomi, Tapi Juga Pariwisata

Ia menambahkan, mayoritas produk Indonesia akan menikmati tarif nol persen setelah CEPA resmi berlaku. Namun, pelaku usaha diimbau untuk segera menyesuaikan standar agar produk mereka memenuhi ketentuan ketat pasar Uni Eropa.

Dalam sesi pertama seminar, Atase Perdagangan RI Roma, Hesty Syntia Paramita Kusmanto, menyoroti potensi besar produk perikanan Indonesia di pasar Uni Eropa. Ia menyebut neraca perdagangan Indonesia–Italia menunjukkan surplus konsisten dalam lima tahun terakhir dengan komoditas unggulan seperti tuna, gurita, dan udang.

“Pasar Italia dan negara-negara Eropa lainnya tetap potensial terhadap produk Indonesia. Namun, pelaku usaha perlu memperhatikan regulasi terkait kandungan logam berat, sertifikasi kesehatan, serta pelabelan dalam bahasa lokal,” jelas Hesty.

Sementara itu, Carsten Sorensen, Head of Trade and Economic Section Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Darussalam, menekankan pentingnya kesiapan Indonesia memanfaatkan peluang ini.
“Begitu CEPA diterapkan, lebih dari 99 persen pos tarif akan dibebaskan. Pasar Eropa terbuka, tetapi menuntut kualitas, keterlacakan, dan keberlanjutan,” ujarnya.

Pada sesi kedua, Atase Perdagangan RI Brussel, Lusyana Halmiati, mengungkapkan bahwa nilai pasar kopi Eropa mencapai USD 47 miliar dan diperkirakan naik menjadi USD 67 miliar pada 2033. Nilai impor kopi Uni Eropa pada 2024 mencapai USD 24 miliar, naik 17 persen dibanding tahun sebelumnya.
Menurut Lusyana, tren konsumsi mengarah pada specialty coffee dan produk berkelanjutan, terutama di kalangan usia 18–39 tahun.

“Konsumen Eropa semakin menyukai kopi bersertifikat organik dan berkelanjutan, serta tertarik pada kisah di balik perjalanan kopi. Ini peluang besar bagi kopi Indonesia,” ujarnya.

Baca Juga: IEU–CEPA dan ICA–CEPA Jadi Pintu Masuk Wisatawan dan Investor

Selain kopi, sektor furnitur juga dinilai memiliki potensi besar. Nilai pasar furnitur Eropa diperkirakan meningkat dari 250 juta menjadi 350 juta unit, dengan 50 persen berada di segmen menengah yang sesuai karakter produk Indonesia.

Namun, Lusyana mengingatkan pentingnya kepatuhan terhadap regulasi baru Uni Eropa, EU Deforestation Regulation(EUDR), yang menuntut produk bebas dari aktivitas deforestasi.
“Eksportir perlu menunjukkan data geolokasi asal bahan baku, kepatuhan hukum negara asal, dan dokumen due diligence,” jelasnya.

Direktur Beragam Rasa Indonesia, Nur Jamila, menyampaikan pentingnya membangun ekosistem kopi yang berakar pada keberagaman dan tanggung jawab sosial.
“Kami ingin nama Indonesia didengar lebih luas, bukan hanya lewat produk, tetapi juga lewat nilai dan cerita di baliknya,” ujarnya.

Peserta seminar, Reza Windu, pemilik Java Spica Kopi dan Spices, mengapresiasi inisiatif Kemendag yang memberikan wawasan konkret mengenai pasar Eropa.
“Dari seminar ini, kami mendapatkan informasi yang melengkapi analisa kami sebelum menembus pasar Uni Eropa,” katanya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Annisa Nurfitri

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: