Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Setahun Prabowo-Gibran, PGE Jadi Tulang Punggung Transisi Energi Nasional

Setahun Prabowo-Gibran, PGE Jadi Tulang Punggung Transisi Energi Nasional Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) menegaskan komitmennya dalam memperkuat kedaulatan energi nasional melalui pengelolaan sumber daya panas bumi yang berkelanjutan.

Langkah ini juga menjadi bagian dari dukungan terhadap satu tahun pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, terutama dalam mempercepat transisi menuju energi hijau di Indonesia.

Direktur Utama PT Pertamina Geothermal Energy Tbk, Julfi Hadi, menyebut bahwa kebijakan pemerintah untuk mencapai kemandirian energi nasional menjadi pendorong utama bagi PGE untuk terus memperluas pengelolaan potensi panas bumi di Tanah Air.

Baca Juga: Genjot Proyek Panas Bumi Kotamobagu, PGEO Suntik Modal Rp396 Miliar ke Anak Usaha

“PGE adalah tulang punggung transisi energi Indonesia. Dengan potensi panas bumi mencapai 24 gigawatt atau sekitar 40 persen dari cadangan dunia. Kami memiliki mandat besar untuk mengubah potensi ini menjadi kekuatan nyata bangsa. Melalui pengelolaan yang bertanggung jawab, kami ingin memastikan energi bersih menjadi fondasi kedaulatan dan masa depan hijau Indonesia,” ujarnya.

Selama satu tahun terakhir, PGE mencatat sederet pencapaian penting di sektor panas bumi nasional. Salah satunya, beroperasinya PLTP Lumut Balai Unit 2 berkapasitas 55 MW di Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan. Fasilitas ini menjadi simbol kemajuan teknologi ramah lingkungan yang efisien dalam mendukung transisi energi bersih.

Tak berhenti di situ, pada Agustus 2025 PGE juga mulai membangun PLTP Gunung Tiga 55 MW di Ulubelu, Lampung. Proyek ini diharapkan mampu memperkuat sistem kelistrikan Sumatera sekaligus mendorong pencapaian target perusahaan untuk memiliki kapasitas terpasang 1 gigawatt (GW) dalam dua hingga tiga tahun ke depan, dan mencapai 1,8 GW pada 2033.

Selain fokus pada panas bumi, PGE juga berinovasi melalui Pilot Project Green Hydrogen Ulubelu, yang membangun rantai nilai hidrogen hijau mulai dari produksi hingga pemanfaatan. Langkah ini menjadi pijakan penting dalam pengembangan ekonomi hijau dan target Net Zero Emission 2060.

Baca Juga: PGEO dan Toyota Kolaborasi Kembangkan Ekosistem Green Hydrogen di Indonesia

Komitmen terhadap prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) pun terus diperkuat. PGE berhasil masuk ke daftar Top 50 ESG Global versi Sustainalytics, dengan skor risiko ESG 7,1.

Tak hanya itu, PGE juga telah meraih 18 penghargaan PROPER Emas dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, termasuk 14 kali berturut-turut oleh PGE Area Kamojang, rekor tertinggi di industri panas bumi nasional.

Sebagai pelaku utama energi hijau, PGE juga mendorong pemberdayaan masyarakat melalui program Direct Use Geothermal. Panas bumi dimanfaatkan langsung untuk aktivitas ekonomi, seperti pengeringan kopi melalui Geothermal Dry House, budidaya melon geothermal, hingga pembuatan pupuk Geo-fert dari sisa uap panas bumi.

Inisiatif ini tak hanya menumbuhkan ekonomi lokal, tetapi juga memperkuat keterlibatan masyarakat dalam ekosistem energi berkelanjutan.

Saat ini, PGE mengelola kapasitas panas bumi total 1.932 MW, dengan 727 MW dioperasikan langsung dan 1.205 MW melalui skema Joint Operation Contract (JOC) bersama mitra strategis.

Energi bersih yang dihasilkan mampu memberi pasokan listrik bagi lebih dari dua juta rumah tangga, sekaligus menurunkan emisi karbon sekitar 10 juta ton CO₂ per tahun, memperkuat posisi Indonesia di peta transisi energi global.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Belinda Safitri
Editor: Belinda Safitri

Advertisement

Bagikan Artikel: