Kredit Foto: Uswah Hasanah
Prasasti Center for Policy Studies (Prasasti) menilai perdagangan Indonesia masih menunjukkan ketahanan kuat di tengah eskalasi perang dagang global yang kembali meningkat sepanjang 2025.
Dalam forum kajian “Refleksi 1 Tahun Pemerintahan Prabowo–Gibran”, Prasasti menyebut pemerintah berhasil menjaga stabilitas ekspor melalui diversifikasi mitra dagang dan perluasan perjanjian kerja sama internasional.
Research Director Prasasti Gundy Cahyadi menjelaskan, posisi Indonesia saat ini cukup strategis karena bersikap terbuka terhadap semua mitra dagang, termasuk Amerika Serikat, Uni Eropa, dan negara-negara di Asia.
“Pemerintah saat ini cenderung agnostik dalam hubungan dagang. Kita membuka diri untuk bekerja sama dengan berbagai negara tanpa memihak blok tertentu. Pendekatan ini penting untuk menjaga fleksibilitas ekspor di tengah ketidakpastian global,” ujarnya di Jakarta, Senin (20/10/2025).
Gundy menilai kebijakan pemerintah yang memperkuat jejaring perjanjian perdagangan, seperti IEU–CEPA dan kerja sama dengan negara-negara ASEAN serta Timur Tengah, merupakan langkah yang perlu diapresiasi.
Baca Juga: Indonesia–China Teken 9 Kesepakatan Dagang di Trade Expo Indonesia 2025
Di sisi lain, Indonesia dinilai perlu memperkuat sektor manufaktur dan hilirisasi untuk mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan mentah.
“Dengan memperkuat basis industri, kita bisa meningkatkan nilai tambah dan mengurangi risiko dari fluktuasi harga komoditas global,” tambahnya.
Sementara itu, Policy and Program Director Prasasti Piter Abdullah menilai kinerja ekspor Indonesia masih positif meski tekanan eksternal meningkat.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai perdagangan internasional Indonesia pada 2025 tetap tumbuh, bahkan di tengah meningkatnya tensi dagang antara Amerika Serikat, China, dan Uni Eropa.
“Data terbaru menunjukkan neraca perdagangan masih mencatat surplus. Ini indikator bahwa daya saing ekspor kita tetap terjaga di tengah situasi global yang sulit,” ujarnya.
Baca Juga: Neraca Dagang Indonesia Agustus Surplus, Nonmigas Jadi Penopang
Namun, Piter menegaskan bahwa tantangan terbesar bukan hanya pada perluasan pasar, melainkan kesiapan produk ekspor Indonesia untuk menembus pasar dengan standar tinggi.
“Pemerintah perlu memastikan barang ekspor kita memiliki kualitas dan standar internasional agar bisa bersaing di pasar global. Ekspansi pasar tanpa kesiapan produk akan membuat posisi kita rapuh,” kata Piter.
Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya sinkronisasi kebijakan industri dan perdagangan agar strategi hilirisasi berjalan paralel dengan ekspansi pasar luar negeri.
“Kalau industri domestik kuat, maka ekspor kita juga lebih berkelanjutan. Ini harus menjadi prioritas di tahun-tahun berikutnya,” tambahnya.
Prasasti menyimpulkan, meski ekonomi global menghadapi tekanan akibat kebijakan tarif dan hambatan perdagangan dari negara-negara besar, pemerintah Indonesia telah menunjukkan kemampuan adaptasi dan diversifikasi strategi perdagangan.
Dengan memperkuat sektor manufaktur dan menjaga hubungan dagang yang seimbang, Indonesia dinilai mampu mempertahankan kinerja ekspor yang stabil dan berdaya saing di kawasan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Annisa Nurfitri
Advertisement